Lainlagi jika bisa kuliah sambil bekerja di sana, pengalaman dan gajinya tentu sudah di level yang berbeda. Baik melalui beasiswa atau membiayai sendiri, sudah jelas kenapa kelima negara ini sering dipilih oleh banyak pelajar Indonesia sebagai tempat mereka mengejar ilmu.
Studi sambil bekerja paruh waktu part-time selama kuliah di Australia sudah menjadi hal yang umum. Hal ini menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa, bukan hanya untuk mendapatkan tambahan uang saku, tetapi juga pengalaman yang dapat membentuk sikap dan perilaku yang benar sebagai profesional. Namun bagaimana peluang bekerja di Australia setelah selesai studi? Tinggal di Australia untuk memulai karir setelah studi adalah prospek yang terlalu bagus untuk dilewatkan. Apa yang harus dilakukan setelah lulus kuliah di Australia? Walaupun perubahan sistem visa terbaru membuat proses mendapatkan visa pasca kuliah menjadi lebih rumit, akan tetapi masih banyak pilihan untukmu untuk dapat tetap tinggal di Australia setelah selesai studi. Pekerjaan di Australia Setelah studi Australia adalah pusat peluang bagi lulusan baru di bidang ilmu komputer, TI, layanan Pendidikan, Ilmu Bumi, dll. Sesuai survei yang dilakukan terhadap siswa internasional yang lulus dari Universitas Australia, telah ditarik bahwa 71% -79% dari lulusan memiliki pekerjaan penuh waktu. Setelah menyelesaikan kursus VET, 70% pemegang diploma / sertifikat dipekerjakan di bidangnya masing-masing. Rata-rata gelar sarjana dapat menghasilkan antara $ 30,180 - $ Gaji rata-rata adalah perkiraan, dapat bervariasi sesuai bidang operasi dan profil pekerjaan. Industri Teratas yang Merekrut Siswa Internasional di Australia Pekerjaan untuk siswa internasional di Australia sebagian besar tercakup dalam bidang berikut Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dan Asuransi Perawatan Kesehatan dan Bantuan Sosial Jasa Ilmiah dan Teknis Profesional Media dan Telekomunikasi Visa Kerja Australia Tanpa visa, impian diatas tidak akan terlaksana. Ada juga amandemen yang dibuat untuk visa sementara pasca-studi pascasarjana. Mulai November 2019, siswa yang telah belajar dan lulus di institusi regional, serta mereka yang telah bekerja secara regional selama visa pasca-studi pertama mereka, akan memiliki satu tahun tambahan untuk tinggal dan bekerja di Australia. Ini berarti bahwa mereka yang memiliki gelar sarjana akan diperpanjang masa tinggalnya menjadi tiga tahun, sedangkan lulusan PhD akan diizinkan untuk tinggal selama lima tahun. Penting untuk diperhatikan bahwa perpanjangan visa bergantung pada tinggal di wilayah regional negara untuk bekerja dan tinggal. Ini perlu setidaknya dua tahun setelah lulus. Wilayah regional didefinisikan sebagai mana saja di negara yang tidak dipandang sebagai lokasi metropolitan utama. Ini membuat Sydney, Melbourne, Brisbane, Gold Coast dan Perth dikecualikan. Visa baru tersedia mulai November 2019 dan pemegang visa saat ini tidak perlu khawatir, karena status mereka tidak terpengaruh oleh perubahan tersebut. Ini juga berlaku untuk penduduk tetap dan mereka yang memiliki visa permanen. Mereka yang memiliki visa pascasarjana sementara dapat mengajukan aplikasi untuk program baru jika persyaratannya terpenuhi. Kelompok lulusan pertama yang dapat memanfaatkan visa baru adalah lulusan angkatan 2021. Namun, program baru ini tidak secara mendasar mengubah peraturan yang berlaku terkait dengan visa pelajar dan persyaratan untuk proses aplikasi. Namun, mereka memang merupakan kesempatan yang baik untuk mengeksplorasi hidup dan bekerja di Australia setelah lulus. Pilihan Visa Kerja Australia Di bawah ini adalah beberapa visa paling populer untuk siswa internasional yang beralih ke dunia kerja Australia 485 Lulusan Terampil Visa kerja yang paling umum untuk mantan pelajar internasional di Australia adalah visa 485 Skilled Graduate. Visa sementara ini berlaku minimal 18 bulan ke atas selama 4 tahun, dan terbuka untuk siapa saja yang telah menyelesaikan minimal 2 tahun studi di Australia. Visa Kerja Pasca-Studi ini berlaku untuk pekerjaan penuh waktu bagi mantan siswa. Sponsor Perusahaan Visa ini bergantung pada bisnis Australia yang beroperasi secara sah atau bisnis luar negeri dengan entitas Australia. Sebuah perusahaan yang mencari rangkaian keterampilan tertentu dapat mensponsori seseorang untuk bekerja untuk mereka. Disarankan untuk mulai mencari perusahaan yang bersedia mensponsori Anda setidaknya 3-6 bulan sebelumnya, karena dokumennya bisa sangat menakutkan dan sulit untuk diproses. Visa Liburan Kerja - Subclass 417 atau 462 Visa ini biasanya lebih populer di kalangan backpacker daripada kelompok pasca sarjana; namun, ini tetap menjadi pilihan yang perlu diingat jika Anda mencari pekerjaan setelah lulus di Australia. Pilihan pertama adalah subclass 417 visa liburan kerja. Jika Anda adalah warga negara Belgia, Kanada, Republik Siprus, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Hong Kong, Republik Irlandia, Italia, Jepang, Republik Korea, Malta, Belanda, Norwegia, Swedia, Taiwan atau Inggris Raya dan dalam rentang usia 18-30 tahun Anda berhak mendapatkan visa ini. Ini mengizinkan individu untuk bekerja hingga 12 bulan di Australia, dengan tambahan bahwa Anda hanya dapat bekerja di sebuah perusahaan untuk maksimal 6 bulan. Untuk warga negara Chili, Indonesia, Iran, Malaysia, Thailand, Turki, atau Amerika Serikat, Anda dapat mengajukan visa subclass 462. Baik subclass 417 dan 462 tidak membatasi jumlah masuk dan keluar yang Anda miliki, jadi silahkan berlibur di Selandia Baru atau kunjungi keluarga Anda untuk ulang tahun Anda! Penting untuk diperhatikan bahwa kamu harus mengajukan visa ini dari luar Australia, bukan dari dalam, jadi jika ini adalah rencanamu, pastikan untuk mempertimbangkan kunjungan ke tempat lain untuk mengurus visa. Baca juga MENGAPA MEMILIH KULIAH DI AUSTRALIA - 4 ALASAN Prospek Pasca-Studi Di Inggris, Kanada, Australia dan AS Inibermaksud tugasan menjaga bayi dan kerja rumah dilakukan pengasuh. \/p> Gambar-gambar ini menunjukkan wanita dilatih menjadi pengasuh profesional di pusat dikenali sebagai \u2018universiti pengasuh\u2019 di Beijing dengan semua teknik menjaga kanak-kanak diajar menggunakan patung bayi.\/p>Restika Syarah dengan murid-murid di Little River Primary School, Australia. Sumber Dokumentasi pribadi “Kuliah di luar negeri saat pandemi Corona merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, terutama apabila mengandalkan biaya sendiri. Di situasi yang tak menentu ini, daya tahan resilience sangatlah diperlukan untuk menghadapi banyak sekali hambatan saat belajar atau bekerja, termasuk hambatan finansial, psikologis, dan sosial.” “Artikel di edisi Indonesia Mengglobal Anniversary Month kali ini akan mengulas kisah Restika Syarah dalam mengarungi kehidupan kuliah diploma dan pekerjaan di Australia, serta caranya untuk tetap bertahan survive di masa pandemi Corona. Di akhir artikel, Restika pun membagikan tips penting untuk pembaca yang berencana berkuliah atau bekerja di luar negeri di masa pandemi.” *** Restika dan awal perjalanan ke Australia Halo Indonesia Mengglobal! Perkenalkan nama saya Restika, seorang lulusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Awal mula perjalanan saya ke Australia itu justru dimulai jauh sebelum memulai kuliah diploma. Di tahun 2017, saya mengikuti seleksi program Asisten Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh kampus saya dengan Department of Education, Victoria. Setelah mengikuti berbagai rangkaian seleksi, alhamdulillah saya lolos dan ditetapkan sebagai salah satu Asisten Bahasa Indonesia yang akan ditempatkan di wilayah Victoria. Sebenarnya di tahun 2016 saya telah mengikuti seleksi yang serupa, tapi memang belum berhasil lolos. Restika Syarah di pertemuan Victorian Indonesian Language Teachers Association VILTA. Sumber Dokumentasi pribadi Di tahun 2018, saya menjejakkan kaki di Australia untuk pertama kalinya dan langsung bertugas sebagai Language Assistant untuk salah satu sekolah di Lara, Victoria. Jujur, sebenarnya saya tidak ada niatan untuk tinggal lama di sini, tetapi setelah enam bulan bekerja di sini baru muncul keinginan saya untuk stay a little bit longer di Australia. Akhirnya saya menanyakan kepada teman-teman yang memiliki pengalaman untuk studi lanjut dan sambil bekerja di sini, salah satunya adalah program diploma yang memiliki prospek kerja yang tinggi di Australia. Kuliah diploma di Australia? Bagaimana rasanya? Awalnya saya ingin melanjutkan studi di bidang Magister tetapi dirasa sangat berat kalau harus dengan biaya sendiri. Saya juga sudah mendaftarkan diri di berbagai beasiswa, seperti Australia Awards dan Endeavour Scholarship, tetapi sayangnya memang belum diterima. Jadi saya kembali ke niatan awal untuk mendaftar di program diploma. Dalam segi biaya untuk kuliah diploma ini, saya membayar sekitar AUD1,799 per tiga bulan, atau kurang lebih sekitar juta rupiah. Biaya ini tentunya jauh lebih murah dibandingkan dengan program Master yang bisa mencapai AUD15,000 per semester. Saya mencoba mencari informasi jurusan diploma apa yang sesuai dengan latar belakang saya dan yang paling mudah untuk diserap lapangan pekerjaan di Australia. Ada dua jurusan yang paling diperlukan di Australia, yakni Diploma of Nursing dan Diploma of Early Childhood Education. Tentunya saya memilih yang kedua karena kaitan dengan latar belakang saya. Kebetulan juga saya pun sangat berminat untuk area pendidikan anak usia dini. Singkat cerita, saya mendaftarkan diri untuk program Diploma of Early Childhood Education di 4Life College, Australian Learning Group, Melbourne, setelah menyelesaikan pekerjaan saya sebagai Asisten Bahasa Indonesia. Untuk pendaftaran program diploma sebenarnya relatif sama dengan program Bachelor atau Master, di mana kita perlu mengumpulkan beberapa syarat seperti IELTS minimum overall band score motivation letter, dan membayar biaya pendaftaran AUD300. Program diploma ini berdurasi selama 2 tahun, di mana kita akan mendapatkan gelar Certificate III in Early Childhood Education setelah menyelesaikan studi selama 9 bulan. Setelah 9 bulan kuliah, kita memiliki kesempatan untuk bekerja secara profesional sesuai dengan payrate Certificate III. Nanti setelah lulus diploma, maka payrate kita juga naik karena menyesuaikan gelar yang didapatkan. Battling financial and academic needs as a self-funded international student Salah satu tantangan terbesar yang saya hadapi di awal itu adalah tantangan finansial, terutama dalam membayar Overseas Students Health Cover OSHC. Berhubung saya datang dengan pasangan, maka saya harus membayar OSHC yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan mahasiswa single untuk mendapatkan visa studi selama dua tahun. Restika Syarah dan suami. Sumber Dokumentasi pribadi Pada saat itu, saya dan suami hanya mengandalkan tabungan yang kami miliki untuk membayar biaya-biaya di awal untuk keperluan pendaftaran studi diploma, tuition fee, dan OSHC. Setelah membayar biaya-biaya tersebut, sisa uang di tabungan kami hanyalah sekitar AUD3,000, di mana saya dan suami pun saat itu belum mendapatkan pekerjaan. Saya pun mencoba untuk melamar pekerjaan di mana-mana, namun belum diterima. Di tambah lagi, saya belum bisa bekerja di bidang childcare karena belum mendapatkan minimum kualifikasi yaitu Certificate III. Suatu hari saya coba melamar sebagai kitchen assistant di beberapa restoran, tetapi sayangnya belum juga diterima. Akan tetapi, salah satu restoran akhirnya memutuskan untuk menerima saya sebagai salah satu pekerjanya, tetapi saya diminta untuk melepas kerudung. Akhirnya saya tolak tawaran tersebut. Tiga bulan pertama saat saya menjalani program diploma, saya dan suami tidak memiliki penghasilan apa-apa. Oleh karena itu, saya dan suami harus mencoba menghemat pengeluaran. Beruntung bagi kami bahwa di Melbourne ini ada beberapa teman-teman yang membantu. Salah satu contohnya adalah saat kami harus membayar biaya sewa kamar, teman kami, yang juga host dari rumah yang kami sewa, memberikan kompromi atau keringanan saat kami belum memiliki uang sewa. Akhirnya setelah tiga bulan tidak bekerja, saya mendapatkan pekerjaan sebagai Customer Service di salah satu perusahaan. Akan tetapi, saya hanya dapat bertahan selama 6 minggu karena ada ketidakjujuran dalam segi pembayaran dari perusahaan tersebut. Setelah saya tidak bekerja lagi di sana, saya pun menjadi penjaga toko di salah satu pasar terbesar di Melbourne, yaitu Queens Victoria Market. Di saat yang sama, beruntungnya suami saya juga diterima bekerja sebagai pengantar makanan di UberEats. Alhamdulillah, kami memiliki pemasukan sedikit-sedikit untuk menopang biaya sehari-hari. Kesulitan finansial yang saya hadapi tentunya memiliki dampak yang lumayan signifikan bagi performa akademik saya di jenjang diploma. Dalam hal ini, saya sempat sulit berkonsentrasi di kelas dan sering terlambat masuk kelas. Jadi meskipun raga saya ada di kelas, pikiran saya seolah ada di luar kelas. Saya dan suami seringkali berpikiran “Ya sudahlah, kita pulang saja ke Indonesia kalau memang seperti ini”. Beruntung pasangan saya selalu mendengarkan keluh kesah yang saya rasakan. Terlebih lagi, teman-teman saya di Melbourne pun sempat memberikan bantuan pinjaman dana sementara untuk saya agar tetap mampu menjalani kuliah diploma di Australia. Restika dengan teman-teman di Melbourne, Australia. Sumber Dokumentasi pribadi Turning points dalam perjalanan studi dan karir Restika di Australia Akhirnya, setelah 9 bulan kuliah di diploma, saya mendapatkan gelar Certificate III in Early Childhood Education dan diterima bekerja di salah satu lembaga childcare di Melbourne. Bagi saya, ini adalah turning point dari tantangan-tantangan akademik dan finansial yang sempat saya hadapi. Dengan gelar tersebut, kesempatan untuk bekerja sesuai dengan bidang terbuka lebar karena memang sangat diperlukan di Australia. Akhirnya saya mampu berdiri dengan lebih kokoh dengan kondisi keuangan yang lebih stabil berkat pekerjaan yang saya dapatkan hingga saya menyelesaikan studi diploma saya di bulan Maret 2021 di tengah masa pandemi COVID-19 yang sulit ini. Saat ini saya masih meniti karir di bidang childcare di kota Melbourne. Pandemi COVID-19 membuat pekerjaan saya sempat terhenti mulai dari Maret hingga September 2020 karena seluruh pekerjaan yang statusnya casual itu dihentikan karena adanya kasus positif di tempat bekerja saya. Restika saat bekerja di childcare di Melbourne, Australia. Sumber Dokumentasi pribadi Namun demikian, setelah menyelesaikan studi diploma, akhirnya saya beralih status pekerjaan menjadi permanent full-time employee. Dengan status ini, saya mendapatkan kepastian tentang pendapatan yang saya peroleh dari perusahaan. Selain itu, saya pun tetap mendapatkan gaji penuh dari pemilik perusahaan walaupun di saat seluruh warga Melbourne diminta untuk lockdown sementara. Saya sangat rasakan bahwa segala peluh dan keringat yang dikeluarkan selama ini akhirnya terbayar juga. Pesan untuk pembaca yang ingin berkuliah atau bekerja di Australia di masa pandemi Restika berfoto di tempat kerjanya di salah satu childcare di Melbourne, Australia. Sumber Dokumentasi pribadi Dari pengalaman dan tantangan yang saya hadapi, saya sangat belajar untuk menjadi lebih dewasa dan daya tahan survivability saya menjadi lebih kuat lagi. Jujur, dulu saya masih merasa malu atau minder, but I have to change. Saya tidak mau menjadi pendiam dan pemalu terus. Karena saat kita bersosialisasi dan saling mengenal dengan orang lain, kita akan mendapatkan rezeki materi dan non-materi, kemudahan dan pengetahuan lain juga. Intinya kita harus mempersiapkan niat yang kuat terlebih dahulu untuk lanjut studi di Australia. Di awal-awal, kita akan merasakan fase yang sangat menantang terutama dalam segi finansial. Oleh karena itu, pelajari terlebih dahulu hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum berangkat ke Australia. Berkaitan dengan peluang karir, ada beberapa aspek yang berbeda antara Indonesia dan Australia, salah satunya tentang resume/CV. Di Australia, resume haruslah padat dan jelas. Hal ini dikarenakan employers hanya akan melihat resume kita selama 5 detik. Jadi pengalaman pendidikan dan pekerjaan atau pengalaman lainnya harus ditekankan. Tetap semangat! *** Editor Yogi Saputra MahmudBuatkalian yang ingin kuliah di Australia, institusi ini bisa menjadi reffrensi bagus buat kamu, kelebihannya: 1. Biaya pendidikan yang terjangkau dengan metode pembelajaran high quality, 2. Bisa kuliah sambil kerja part time, 3. Kerja part time akan dibantu carikan oleh pihak sekolah dengan kisaran gaji: $14,25/ jam, 4. Biaya hidup dan biaya kuliah merupakan salah satu alasan mengapa banyak pelajar Indonesia masih kuliah sambil kerja di Australia. Australia adalah salah satu negara yang menjadi destinasi pendidikan terfavorit terutama bagi mahasiswa Indonesia karena kualitas pendidikannya sudah masuk dalam top Australia mempunyai perhatian besar dalam sektor pendidikan. Hal tersebut sekaligus menjadikan alasan mengapa banyak universitas di Australia berkomitmen memberikan penawaran studi terbaik untuk mahasiswa internasional ataupun tersebut juga menawarkan lingkungan dinamis, suportif, Sehingga terdapat peluang bagi mahasiswa internasional untuk kuliah sambil Kuliah Sambil Kerja AustraliaSebagai mahasiswa internasional, kamu bisa bekerja sambil kuliah tetapi tentu saja terdapat beberapa peraturan yang wajib kamu ketahui. Untuk mempelajari hal tersebut lebih dalam, kamu bisa menyimak seluruh informasi terkait seperti apa kuliah sambil kerja di Australia sebagaimana berikut1. Batasan Kerja Bagi MahasiswaSebagai mahasiswa internasional, kamu bisa bekerja part time hingga 40 jam setiap dua minggu selama masa perkuliahan. Peraturan tersebut sudah cukup membantu karena kamu bisa memperoleh gaji hingga 10 atau 20 dollar Australia setiap juga bisa pilih bekerja secara full time atau freelance saat masa liburan. Bahkan jika kamu lulus program studi pascasarjana kamu masih bisa bekerja hingga dua tahun penuh melalui Post Study Work Pilih Pekerjaan Sesuai JurusanJika kamu kuliah sambil kerja di Australia, maka sebaiknya pilih pekerjaan yang relevan dengan jurusan. Hal ini akan memberikan keuntungan di masa mendatang karena kamu juga dapat memperoleh penghasilan dari pekerjaan tersebut tetapi kamu juga bisa sambil mengembangkan bakat karena mengambil bidang pekerjaan sesuai dan pengetahuan yang kamu peroleh selama perkuliahan dapat kamu aplikasikan langsung ke lingkungan pekerja. Sehingga saat bekerja kamu akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan karena sudah mengetahui materi terkait pekerjaan tersebut sesuai wawasan dari Belajar Membagi WaktuSebagai mahasiswa yang sedang menyelesaikan perguruan tinggi, kamu juga akan memperoleh banyak kegiatan ataupun tugas dari dosen sesuai deadline. Kunci utama supaya kamu bisa kuliah sambil kerja di Australia adalah manajemen waktu dengan cara mencicil tugas secara rutin setiap hari supaya terselesaikan sedikit demi kamu kuliah sambil kerja, hindari kebiasaan menumpuk tugas karena waktu yang kamu miliki tidak banyak. Pastikan kamu bisa mengatur waktu supaya perkuliahan dan pekerjaan bisa berjalan kuliah sudah selesai, kamu bisa menggunakan sisa energi untuk fokus pada pekerjaan. Bahkan kamu juga bisa menggunakan sisa waktu untuk melakukan evaluasi tugas kuliah supaya prestasi akademik tidak Maksimalkan Waktu LuangWaktu luang sangat berharga bagi para pelajar Indonesia yang kuliah sambil kerja di Australia. Karena kamu juga harus bekerja, tubuh juga perlu istirahat. Sehingga walaupun kamu punya kegiatan kuliah juga bekerja, kamu masih mempunyai waktu untuk beristirahat secara memaksimalkan waktu luang adalah melakukan hal yang kamu sukai termasuk membuat badan rileks atau melakukan refreshing. Misalnya dengan melakukan olahraga, memberi batasan waktu untuk tidur cukup, serta memastikan bahwa kamu mengkonsumsi buah-buahan dan makanan sehat bagi tubuh. Kuliah sambil kerja di Australia pasti sangat melelahkan. Tetapi, jangan sampai hal tersebut membuat kesehatan kamu jadi informasi lengkap tentang apa saja yang dapat kamu lakukan terkait bagaimana bisa kuliah sambil bekerja saat kamu berada di luar negeri khususnya di Universitas favorit Australia. Dengan informasi ini kamu bisa mengatur waktu lebih baik agar semuanya berjalan secara seimbang. SekolahKuliner Sambil Kerja di Australia. Silakan Untuk Dishare! Mau sekolah kuliner sambil bekerja di Australia? Dengan semakin populernya acara memasak di TV dan media-media lain, semakin banyak juga orang menjadi tenar dari skill kulinarinya. Hal ini banyak menginspirasi generasi muda untuk mendalami dan mengembangkan hobi memasak mereka. WTBt.