4Bagaimana pendapat anda mengenai, tampilan, isi berita dan kesesuaian dengan media lain (media elektronik) 5.Analisislah hasil dari poin 1-3 dengan teori-teori sosiologi yang sudah anda kuasai. Diketik pada kertas A4 1.5 spasi, dan dikumpul pada pertemuan berikutnya. Dosen Pengampu Sos Kom Henki Wibowo, S.Sos
Teori konflik bererti perselisihan faham atau pendapat dan salah faham tidak bermuafakat tidak sepakat, tidak setuju dalam mencapai sesuatu tujuan tertentu, menyimpang dari motivasi tertentu atau keberatan melakukan sesuatu. Konflik berlaku dalam semua aspek hubungan sosial. Ia berbentuk secara hubungan antara individu dengan individu , hubungan individu dengan kelompok, atau dengan kelompok dengan kelompok. Oleh itu, konflik sering berlaku dalam berbagai-bagai bidang seperti dalam ekonomi, politik, agama, sosial, psikologi, budaya dan lain-lain. Teori konflik bermula daripada pandangan asal Karl Marx dan diikuti oleh teori konflik membicarakan tentang peranan struktur sosial Pada kebiasaannya sekiranya berlaku sesuatu konflik akan menyebabakan berlaku perdebatan . konflik yang berlaku tidak dapat dielak untuk berlaku perubahan . Menurut Amir Hasan Dawi, 2009 dalam sesuatu konflik akan terdapat satu pihak yang kalah dan satu pihak yang menang. Seperti halnya dengan perspektif fungsionalisme pandangan konflik juga melihat masyarakat secara makro. Andaian perspektif konflik adalah berlainan dengan perspektif fungsionalisme. Hal ini kerana perspektif teori konflik melihat masyarakat sentiasa berubah dan konflik sentiasa ada. Konflik yang berlaku disini bukan lah satu keganasan tetapi konflik ini merujuk kepada permusuhan, persaingan dan tidak bersetuju kepada sesuatu matlamat. Konflik disini tidak berlaku kadangkala sahaja malahan merupakan satu proses terus menerus dan merupakan hakikat kehidupan sesebuah masyarakat yang tidak dapat dielakkan. Pekara yang boleh dilihat pada masyarakat seperti kuasa, kemewahan pangkat dan sebagainya. Namun begitu, perspektif konflik bukan menyatakan konflik sosial ini merosakkan masyarakat,sebaliknya konflik membawa perubahan yang positif. Contohnya, melalui konflik dapat menyatukan kumpulan-kumpulan dalam mencapai kepentingan bersama dan konflik antara kumpulan yang bersaingan tentang sesuatu masalah sosial yang dihadapi akan menyebabkan berlakunya perubahan yang memberi manfaat. Perubahan ini tidak akan berlaku sekiranya tidak ada konflik. PERSPEKTIF TEORI INTERAKSIONALISME 7 Perkataan interaksionisme berasal dari perkataan inggeris interaction’ yang bermakna interaksi. Perspektif interaksionisme ini pada mulanya dipengaruhi oleh Max Weber yang melihat kepentingan dalam memahami dunia sosial daripada sudut pandangan individu yang bertindak dan berinteraksi dalam dunia sosial tersebut. Teori interaksionisme ini banyak dipengaruhi oleh Geoge Herbert Mead yang merupakan pengkajian sosiologi bersifat mikro diamana teori ini mengkaji bagaimana seseorang menginterprestasikan dn bertindak menurut kemahuan masing-masing dalam masyarakat Amir Hasan Dawi, 2009. Perbezaan antara perspektif interaksionalisme ini dengan perspektif fungsionalisme serta perspektif konflik ialah perspektif ini tidak menumpukan perhatian kepada pekara-pakara yang berstruktur besar seperti negara, ekonomi atau kelas sosial. Sebaliknya perspektif ini lebih mementingkan interaksi sosial yang berlaku setiap hari didalam kehidupan manusia pada setiap hari. Selain itu, teori interaksionisme sering berjaga-jaga dan menjauhi penegasan terhadap komponen-komponen masyarakat yang besar seperti peraturan sosial dan perubahan sosial. Pada kebiasaannya, ahli sosiologi menggunakan perspektif ini dalam aspek yang kecil dalam perbuatan seharian. Contohnya apakah proses-proses yang terlibat ketika membuat keputusan didalam kumpulan dan sebagainya. Dalam teori ini Max Weber menegaskan bahawa setiap individu perlu memahami dunia masyarakat dari sudut pandangan individu. Ia juga dikenali sebagai Symbolic interactionisme’ dimana pada kebiasaanya, manusia berinteraksi melalui symbol-simbol tertentu seperti menggunakan alat, lambing, bahasa, dan sebagainya. Namun begitu, dalam teori ini lebih mementingkan interaksi sosial yang melibatkan kehidupan masyarakat itu sendiri. Contohnya, apabila bendera sesebuah negara berkibar untuk acara tertentu maka peserta bagi negara berkenaan akan berdiri dengan megahnya. Hal ini, boleh diaplikasikan di negara kita Malaysia dimana apabila lagu Negaraku’ dimainkan semua masyarakat dikehendaki memberi penghormatan dengan berdiri tegak. Dengan kata lain teori ini tidak menumpukan pekara-pekara besar seperti melibatkan ekonomi negara atuu negara. Contoh ciri-ciri teori ini ialah seperti menggunakan symbol seperti warna , lampu, isyarat , gerak geri lambing dan sebagainya. 8 POLISI PENDIDIKAN 1 MURID 1 SUKAN 1M 1S DAN KAITAN DENGAN TEORI SOSIOLOGI
bukanjuga keunikan situasional seperti dalam interaksionisme -simbolis Goffman. Bukan keseluruhan, bukan bagian, bukan struktur dan bukan juga pelaku perorangan, melainkan titik temu antara keduanya. Itulah praktik sosial yang berulang serta terpola dalam lintas ruang dan waktu. Dalam refleksi Giddens, mazhab-mazhab yang ada merupakan
Hidup bermasyarakat membuat kita perlu melihat segala sesuatunya berdasarkan perspektif sosiologi. Contohnya seperti yang diberitakan berikut ini. Contoh perspektif sosiologi. dok. Republika Ada berita mengenai jual-beli vaksin, yang mana seharusnya vaksin itu diberikan secara gratis oleh pemerintah. Nah, artinya ada penyimpangan nih di sini. Kira-kira salahnya di mana sih? Berita di atas memberitahukan bahwa ada ahli yang berpendapat bahwa kasus jual beli vaksin dikarenakan lemahnya pengawasan. Dari pernyataan tersebut, ia sudah memandang suatu kasus dari salah satu perspektif sosiologi, guys. Baca Juga Belajar Sosiologi Buat Apa? Apa Itu Perspektif Sosiologi? Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Contoh Soal dan Pembahasan Apa Itu Perspektif Sosiologi? Pernah mendengar istilah perspektif? Yap, betul, cara pandang. Lalu, bagaimana dengan perspektif sosiologi? Perspektif sosiologi adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami fenomena sosial secara sosiologis sesuai dengan kaidah sosiologi. Jadi, kalau elo mau menjadi seorang sosiolog, maka elo harus punya dan paham mengenai perspektif sosiologi. Pendapat yang elo bangun mengenai fenomena sosial perlu didasarkan pada kerangka berpikir yang sesuai dengan kaidah sosiologi, jadi nggak asal mikir, guys. Baca Juga Kelompok Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11 SMA Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Perspektif dalam sosiologi ada tiga, yaitu perspektif struktural fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Di sini elo juga akan tahu nih, siapa sih yang mengemukakan masing-masing perspektif tersebut? Cekidot! Struktural Fungsional Tokoh di balik perspektif struktural fungsional adalah Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Di SMA, kita lebih sering menggunakan teori Durkheim daripada Herbert Spencer. Pokoknya Durkheim yang lebih dikenal deh oleh siswa SMA deh. Durkheim mengemukakan tentang teori solidaritas, baik secara mekanik maupun organik. Nah, kalau Herbert Spencer mengemukakan suatu teori bahwa masyarakat itu seperti organisme. Coba deh elo perhatikan anatomi tubuh elo yang terdiri dari berbagai organ, dan masing-masing memiliki fungsi untuk kebutuhan tubuh. Ilustrasi organ pada tubuh manusia. Arsip Zenius Nah, masyarakat juga seperti itu, masyarakat memiliki banyak bagian yang disebut dengan unsur masyarakat. Karena fungsinya berbeda-beda, maka mereka akan saling ketergantungan. Ketika salah satunya mengalami disfungsi, apa yang akan terjadi pada unsur lainnya? Yap, akan muncul masalah. Misalnya, dalam suatu masyarakat terdapat masalah dalam bidang pendidikan. Dari situ akan menyebar kepada bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, keluarga, dan agama. Jadi, antarunsur itu memiliki ketergantungan. Ketika salah satu unsurnya bermasalah, maka akan timbul masalah dalam masyarakat. Perspektif struktural fungsional melihat masyarakat seperti sebuah organ tubuh yang memiliki peran saling berhubungan. Supaya lebih jelas, coba deh elo perhatikan lagi cuplikan berita di atas mengenai jual-beli vaksin! Pada berita di atas, ada seorang ahli yang berpendapat bahwa kasus jual-beli vaksin dikarenakan lemahnya lembaga pengawasan. Artinya, ia memandang kasus tersebut dari sudut pandang perspektif struktural fungsional. Kenapa? Karena, ia memandang bahwa munculnya masalah dikarenakan adanya disfungsi pada lembaga pengawasan. Konflik Perspektif konflik identik dengan sosiolog asal Jerman yang membahas tentang relasi antara buruh dan majikannya, yaitu Karl Marx. Sebenarnya, dasar pemikiran dari perspektif konflik itu berasal dari kelas sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis dan proletar. Perspektif konflik melihat bahwa segala fenomena yang ada di masyarakat merupakan hasil dari konflik atau pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah. Pemisahan dua kelas oleh Karl Marx dibedakan berdasarkan alat produksi atau modal. Ketika elo punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas borjuis atau kelas atas. Tapi, kalau elo nggak punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas proletar atau kelas bawah, dan elo harus bekerja kepada kelas borjuis. Sayangnya, ketika kelas proletar bekerja kepada kelas borjuis, upah yang diberikan terlalu rendah. Jadi, hubungan antar keduanya eksploitatif gitu, guys. Bahkan nggak hanya itu, Karl Marx memandang bahwa kelas borjuis mengatur hampir di segala bidang masyarakat. Perbedaan perspektif struktural fungsional dan konflik. Arsip Zenius Dari situ elo udah bisa melihat nih, perbedaan antara perspektif sosiologi yang disampaikan Emile Durkheim dan Karl Marx yaitu terletak pada hubungannya. Durkheim melihat masyarakat lebih kepada kerja sama, sedangkan Marx melihat masyarakat lebih kepada eksploitasi. Interaksionisme Simbolik Perspektif ini dikemukakan oleh seorang sosiolog asal Jerman yang membahas tentang teori tindakan sosial, yaitu Max Weber. Selain itu, ada juga tokoh lainnya seperti Herbert Blumer, George Herbert Mead, dan Charles Cooley. Perbedaan perspektif yang disampaikan oleh Karl Marx, Durkheim, dan Max Weber. Arsip Zenius Pada perspektif ini, ada perbedaan yang nyata nih di antara perspektif sebelumnya oleh Durkheim-Marx dan Weber, yaitu adanya perspektif makro dan mikro. Durkheim dan Karl Marx menjelaskan teori sebuah sistem masyarakat. Jadi, menurut keduanya, individu merupakan produk dari masyarakat. Sedangkan Max Weber melihat dari sisi sebaliknya, yaitu justru masyarakatlah yang membentuk individu. Dari situ kita bisa lihat nih, kalau perspektif struktural fungsional dan konflik melihat sesuatu secara objektif. Sedangkan, perspektif interaksionisme simbolik melihat sesuatu secara subjektif, karena melihat individu di dalam sistem masyarakat. Singkatnya, interaksionisme simbolik melihat bahwa suatu individu bisa berbeda antara satu dan lainnya, karena adanya proses interaksi individu dengan masyarakatnya yang berlangsung terus-menerus. Sampai sini paham ya mengenai perbedaan dari masing-masing perspektif sosiologi di atas? Masing-masing perspektif memiliki cara yang berbeda dalam melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Kegunaannya juga berbeda-beda. Pada soal UTBK, seringkali pertanyaan yang muncul mengenai siapa tokoh di balik masing-masing perspektif sosiologi. Jadi, elo perlu memahami antara tokoh dan teori yang dikemukakannya. Uraian di atas bisa elo pelajari juga menggunakan video belajar Zenius dalam teori perspektif sosiologi Zenius dengan klik banner di bawah ini. Baca Juga Mengenal Tokoh Sosiologi dan Teorinya Contoh Soal dan Pembahasan Nah, berhubung kali ini gue membahas tentang materi TKA UTBK, maka gue akan ngasih tahu ke elo mengenai tipe soal yang sering keluar dalam UTBK. Perhatikan berita di bawah ini! Contoh kasus perspektif sosiologi tentang kebocoran data penduduk. dok. CNN Indonesia Jika dianalisis menggunakan perspektif struktural fungsional, apa alasan fenomena tersebut bisa terjadi? A. Upaya kelas atas yang mencari keuntungan. B. Regulasi yang ketat mengenai keamanan data. C. Inkompetensi lembaga terkait. D. Munculnya perlawanan masyarakat terhadap pemerintah. E. Tingginya kualitas SDM dalam teknologi. Coba elo pikirkan dulu, kira-kira apa sih alasannya kalau dianalisis berdasarkan perspektif struktural fungsional? Kalau sudah punya jawaban, elo bisa jawab langsung di kolom komentar ya! ***** Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang perspektif sosiologi? Buat yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius. Baca Juga Ringkasan Materi SBMPTN Terlengkap – Contoh Soal TPS dan TKA Referensi Epidemiolog Kasus Jual Beli Vaksin, Lemahnya Pengawasan — Republika 2022. Deretan Kasus Bocor Data Penduduk RI dari Server Pemerintah — CNN Indonesia 2022.

SoerjonoSoekanto menuturkan bahwa faktor yang memengaruhi interaksi sosial ada enam macam, yakni imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi dan empati. 1. Imitasi merupakan proses belajar dengan cara meniru orang lain. Imitasi dapat memiliki efek positif maupun negatif.

Hidup bermasyarakat membuat kita perlu melihat segala sesuatunya berdasarkan perspektif sosiologi. Contohnya seperti yang diberitakan berikut ini. Contoh perspektif sosiologi. dok. Republika Ada berita mengenai jual-beli vaksin, yang mana seharusnya vaksin itu diberikan secara gratis oleh pemerintah. Nah, artinya ada penyimpangan nih di sini. Kira-kira salahnya di mana sih? Berita di atas memberitahukan bahwa ada ahli yang berpendapat bahwa kasus jual beli vaksin dikarenakan lemahnya pengawasan. Dari pernyataan tersebut, ia sudah memandang suatu kasus dari salah satu perspektif sosiologi, guys. Baca Juga Belajar Sosiologi Buat Apa? Apa Itu Perspektif Sosiologi?Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif SosiologiContoh Soal dan Pembahasan Apa Itu Perspektif Sosiologi? Pernah mendengar istilah perspektif? Yap, betul, cara pandang. Lalu, bagaimana dengan perspektif sosiologi? Perspektif sosiologi adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami fenomena sosial secara sosiologis sesuai dengan kaidah sosiologi. Jadi, kalau elo mau menjadi seorang sosiolog, maka elo harus punya dan paham mengenai perspektif sosiologi. Pendapat yang elo bangun mengenai fenomena sosial perlu didasarkan pada kerangka berpikir yang sesuai dengan kaidah sosiologi, jadi nggak asal mikir, guys. Baca Juga Kelompok Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11 SMA Jenis dan Tokoh di Balik Masing-Masing Perspektif Sosiologi Perspektif dalam sosiologi ada tiga, yaitu perspektif struktural fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Di sini elo juga akan tahu nih, siapa sih yang mengemukakan masing-masing perspektif tersebut? Cekidot! Struktural Fungsional Tokoh di balik perspektif struktural fungsional adalah Emile Durkheim dan Herbert Spencer. Di SMA, kita lebih sering menggunakan teori Durkheim daripada Herbert Spencer. Pokoknya Durkheim yang lebih dikenal deh oleh siswa SMA deh. Durkheim mengemukakan tentang teori solidaritas, baik secara mekanik maupun organik. Nah, kalau Herbert Spencer mengemukakan suatu teori bahwa masyarakat itu seperti organisme. Coba deh elo perhatikan anatomi tubuh elo yang terdiri dari berbagai organ, dan masing-masing memiliki fungsi untuk kebutuhan tubuh. Ilustrasi organ pada tubuh manusia. Arsip Zenius Nah, masyarakat juga seperti itu, masyarakat memiliki banyak bagian yang disebut dengan unsur masyarakat. Karena fungsinya berbeda-beda, maka mereka akan saling ketergantungan. Ketika salah satunya mengalami disfungsi, apa yang akan terjadi pada unsur lainnya? Yap, akan muncul masalah. Misalnya, dalam suatu masyarakat terdapat masalah dalam bidang pendidikan. Dari situ akan menyebar kepada bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, keluarga, dan agama. Jadi, antarunsur itu memiliki ketergantungan. Ketika salah satu unsurnya bermasalah, maka akan timbul masalah dalam masyarakat. Perspektif struktural fungsional melihat masyarakat seperti sebuah organ tubuh yang memiliki peran saling berhubungan. Supaya lebih jelas, coba deh elo perhatikan lagi cuplikan berita di atas mengenai jual-beli vaksin! Pada berita di atas, ada seorang ahli yang berpendapat bahwa kasus jual-beli vaksin dikarenakan lemahnya lembaga pengawasan. Artinya, ia memandang kasus tersebut dari sudut pandang perspektif struktural fungsional. Kenapa? Karena, ia memandang bahwa munculnya masalah dikarenakan adanya disfungsi pada lembaga pengawasan. Konflik Perspektif konflik identik dengan sosiolog asal Jerman yang membahas tentang relasi antara buruh dan majikannya, yaitu Karl Marx. Sebenarnya, dasar pemikiran dari perspektif konflik itu berasal dari kelas sosial, di mana masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas borjuis dan proletar. Perspektif konflik melihat bahwa segala fenomena yang ada di masyarakat merupakan hasil dari konflik atau pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah. Pemisahan dua kelas oleh Karl Marx dibedakan berdasarkan alat produksi atau modal. Ketika elo punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas borjuis atau kelas atas. Tapi, kalau elo nggak punya modal, maka elo akan masuk dalam kelas proletar atau kelas bawah, dan elo harus bekerja kepada kelas borjuis. Sayangnya, ketika kelas proletar bekerja kepada kelas borjuis, upah yang diberikan terlalu rendah. Jadi, hubungan antar keduanya eksploitatif gitu, guys. Bahkan nggak hanya itu, Karl Marx memandang bahwa kelas borjuis mengatur hampir di segala bidang masyarakat. Perbedaan perspektif struktural fungsional dan konflik. Arsip Zenius Dari situ elo udah bisa melihat nih, perbedaan antara perspektif sosiologi yang disampaikan Emile Durkheim dan Karl Marx yaitu terletak pada hubungannya. Durkheim melihat masyarakat lebih kepada kerja sama, sedangkan Marx melihat masyarakat lebih kepada eksploitasi. Interaksionisme Simbolik Perspektif ini dikemukakan oleh seorang sosiolog asal Jerman yang membahas tentang teori tindakan sosial, yaitu Max Weber. Selain itu, ada juga tokoh lainnya seperti Herbert Blumer, George Herbert Mead, dan Charles Cooley. Perbedaan perspektif yang disampaikan oleh Karl Marx, Durkheim, dan Max Weber. Arsip Zenius Pada perspektif ini, ada perbedaan yang nyata nih di antara perspektif sebelumnya oleh Durkheim-Marx dan Weber, yaitu adanya perspektif makro dan mikro. Durkheim dan Karl Marx menjelaskan teori sebuah sistem masyarakat. Jadi, menurut keduanya, individu merupakan produk dari masyarakat. Sedangkan Max Weber melihat dari sisi sebaliknya, yaitu justru masyarakatlah yang membentuk individu. Dari situ kita bisa lihat nih, kalau perspektif struktural fungsional dan konflik melihat sesuatu secara objektif. Sedangkan, perspektif interaksionisme simbolik melihat sesuatu secara subjektif, karena melihat individu di dalam sistem masyarakat. Singkatnya, interaksionisme simbolik melihat bahwa suatu individu bisa berbeda antara satu dan lainnya, karena adanya proses interaksi individu dengan masyarakatnya yang berlangsung terus-menerus. Sampai sini paham ya mengenai perbedaan dari masing-masing perspektif sosiologi di atas? Masing-masing perspektif memiliki cara yang berbeda dalam melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Kegunaannya juga berbeda-beda. Pada soal UTBK, seringkali pertanyaan yang muncul mengenai siapa tokoh di balik masing-masing perspektif sosiologi. Jadi, elo perlu memahami antara tokoh dan teori yang dikemukakannya. Uraian di atas bisa elo pelajari juga menggunakan video belajar Zenius dalam teori perspektif sosiologi Zenius dengan klik banner di bawah ini. Baca Juga Mengenal Tokoh Sosiologi dan Teorinya Contoh Soal dan Pembahasan Nah, berhubung kali ini gue membahas tentang materi TKA UTBK, maka gue akan ngasih tahu ke elo mengenai tipe soal yang sering keluar dalam UTBK. Perhatikan berita di bawah ini! Contoh kasus perspektif sosiologi tentang kebocoran data penduduk. dok. CNN Indonesia Jika dianalisis menggunakan perspektif struktural fungsional, apa alasan fenomena tersebut bisa terjadi? A. Upaya kelas atas yang mencari keuntungan. B. Regulasi yang ketat mengenai keamanan data. C. Inkompetensi lembaga terkait. D. Munculnya perlawanan masyarakat terhadap pemerintah. E. Tingginya kualitas SDM dalam teknologi. Coba elo pikirkan dulu, kira-kira apa sih alasannya kalau dianalisis berdasarkan perspektif struktural fungsional? Kalau sudah punya jawaban, elo bisa jawab langsung di kolom komentar ya! ***** Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang perspektif sosiologi? Buat yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius. Baca Juga Ringkasan Materi SBMPTN Terlengkap – Contoh Soal TPS dan TKA Referensi Epidemiolog Kasus Jual Beli Vaksin, Lemahnya Pengawasan — Republika 2021. Deretan Kasus Bocor Data Penduduk RI dari Server Pemerintah — CNN Indonesia 2021.
Teoriinteraksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Jika interaksi yang diciptakan seolah-olah menggambarkan sebuah pertentangan, maka hubungan
Apakah Anda sedang mencari analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi, jika iya? maka Anda berada di website yang tepat. Jangan lupa berdoa biar ilmunya berkah! Analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi Jawaban Perspektif interaksionisme menolak adanya anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Dalam perspektif ini, diyakini bahwa manusia memiliki perasaan dan pikiran. Penjelasan Perspektif interaksionisme menolak adanya anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Dalam perspektif ini, diyakini bahwa manusia memiliki perasaan dan pikiran. Melalui perasaan serta pikirannya tersebut manusia mampu memberikan makna terhadap situasi yang ditemui dan bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri bukan semata- mata dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya yang membingkainya ataupun masyarakat sehingga dalam perspektif ini, manusia dianggap tidak hanya memiliki kemampuan mempelajari, memahami, serta melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, tetapi juga mampu menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial yang sebagian benar-benar baru. Baca juga Kelebihan sistem informasi geografis menggunakan komputer adalah Demikian yang dapat teknikarea bagikan, tentang analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi. Sekian dan terima kasih telah mengunjungi semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di artikel ips berikutnya. Tokohini lahir pada tahun 1863, dan wafat pada tahun 1931. Ia sendiri merupaka pencetus adanya paradigma mengenai interaksionisme simbolik yang memberi penjelasan tentang pembentukan dan penggamabaran pertumbuhan pada anak. Oleh karena demikian George Herbert Mead dalam sosiologi lebih dikenal sebagai Tokoh Sosiologi Gender atau

Sosiologi Info - Ada empat perspektif Sosiologi dalam memandang berbagai realitas fenomena sosial di dari perspektif Sosiologi dengan pandangan Evolusionis, Fungsionalis, Interaksionis dan Konflik. Simak penjelasan dan ulasannya berikut ini ya. Yuk Itu Pengertian Perspektif SosiologiProses sosial yang dilakukan oleh setiap manusia melalui berbagai hubungan, interaksi, sosialisasi, dan tindakan serta sosial masyarakat akan terjadi selama manusia hidup di bumi ini. Oleh karena itu, proses sosial yang dilakukan menjadi penguatan berbagai nilai, norma, serta berbagai konsensus terbentuk dengan adanya proses sosial tersebut. Berbagai fenomena sosial pun muncul dalam masyarakat yang melakukan aktivitas interaksi atau proses sosial yang dilakukan tersebut. Adanya gejala sosial itu, memberikan pemahaman dan analisis yang mendalam dengan menggunakan berbagai pendekatan terkhususnya dalam disiplin ilmu sosiologi, yang punya berbagai perspektif maupun pandangan dalam mengkaji gejala sosial yang ada di kehidupan masyarakat. Lalu apa sih perspektif sosiologi itu ? Perspektif adalah sudut pandang. Sementara sosiologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai hal yang ada di masyarakat. Mulai dari hubungan sosial, interaksi, tindakan, perilaku, struktur, lembaga, dan banyak hal lainnya yang dipelajari dalam ranah sosiologi. Baca Juga Teori Sosiologi Talcott Parsons AGIL dan Contoh Fenomena SosialnyaPerspektif sosiologi sendiri memiliki pengertian sebagai sudut pandang yang berupa suatu asumsi, gagasan, maupun itu semua digunakan oleh seorang peneliti atau sosolog dalam memandang berbagai hal gejala, dan fenomena sosial di kehidupan masyarakat sehari harinya. Dikutip dari laman menjelaskan bahwa perspektif sosiologi atau sosiological perspective lebih menekankan pada konteks sosial, dimana manusia itu sosiologis mengkaji bagaimana konteks sosial tersebut mempengaruhi kehidupan manusia dalam artinya perspektif sosiologi ialah pertanyaan bagaimana kelompok mempengaruhi manusia, khususnya bagaimana manusia dipengaruhi masyarakat. Dimana sekelompok manusia yang memiliki kebudayaan dalam suatu ruang lingkup maupun wilayah memiliki norma dan aturan. Sosiologi sendiri memiliki empat perspektif yang bisa dipahami dalam realitas sosial kemasyarakatan di kehidupan sehari dari perspektif Evolusionis, Fungsionalisme, Interaksionisme dan Konflik. Simak pengertian dan penjelasannya dibawah Penjelasan Perspektif Sosiologi EvolusionisPerspektif teoritis yang merupakan paling awal dalam sosiologi yaitu perspektif evolusionis. Didasarkan pada karya Tokoh dari Aguste Comte dan Herbert Spencer. Dalam perspektif ini dimana memberikan keterangan tentang bagaimana masyarakat atau manusia tumbuh dan berkembang. Memang sih perspektif ini menjadi yang aktif digunakan para soiologi. Namun, bukan menjadi perspektif utama dalam Sosiologi. Para sosiolog menggunakan perspektif ini untuk mencari pola perubahan dan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Dimana perubahan dan perkembangan yang muncul itu berbeda beda. Sekilas Penjelasan Perspektif Sosiologi FungsionalisPada perspektif ini, dimana suatu masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terogranisasi yang bekerja dalam suatu cara agak teratur. Menurut seperangkat aturan, nilai yang disepakati dan dianut oleh sebagain masyarakat. Masyarakat dipandang sebagau suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan ke arah suatu kecenderungan untuk dapat mempertahankan sistem kerja yang ada, secara selaras dan seperti Talcott Parsons, Kingsley Davis dan Robert Merton menyebut setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dan secara terus menerus karena hal itu demikian, pola perilaku akan timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu pola itu akan hilang dan mengalami perubahan juga di Penjelasan Perspektif Sosiologi InteraksionisAda beberapa catatan dalam memahami perspektif interaksionisme ini, yaitu dimana perspektif interaksionis tidak menyarankan teori besar tentang istilah dalam masyarakat, negara, dan lembaga masyarakat, adalah abstraksi konseptual saja, yang dapat ditelaah secara langsung hanyalah orang dan para ahli interaksi simbolik yaitu ada G H Mead dan C H Cooley memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok. Kemudian, ada W I Thomas yang mengungkapkan tentang definisi suatu situasi yang mengutarakan, bahwa kita hanya dapat bertindak tepat apabila kita telah menetapkan sifat situasinya yang dan Luckman mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif, dalam arti orang, kelompok, dan lembaga lembaga adalah nyata. Terlepas dari pandangan kita terhadap mereka. Masyarakat adalah suatu kenyataan subjektif, dalam arti bagi setiap orang, orang dan lembaga-lembaga lain tergantung pada pandangan subjektif orang para ahli dalam perspektif interaksi modern, misalnya seperti Erving Goffman dan Herbert bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung, dan sebaliknya mereka menanggapi orang lain sesuai dengan bagaimana mereka membayangkan orang Penjelasan Perspektif Sosiologi KonflikDalam perspektif konflik, didasarkan pada sosok dan karya dari Karl Marx yang memberikan dan melihat pertentangan serta eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan dalam sejarah. Selanjutnya, ada C W Mills, LEwis Coser, Aron, Dahrendorf, Chambliss dan Collins, menjelaskan bilamana, para fungsionalis melihat keadaan normal masyarakat, sebagai suatu kesimbangan yang bagus, para teoritis konflik melihatnya dimana masyarakat itu berada dalam konflik yang secara terus menerus terjadi diantara kelompok dan perspektif ini juga memandang masyarakat sebagai suatu yang selalu berubah, terutamnya sebagai ada akibat dari dinamika pemegang kekuasaan. Dimana yang terus berusaha untuk memelihara dan meningkatkan kekuasaannya dalam posisi penting tersebut. Dalam perspektif ini memiliki anggapan bahwa kelompok kelompok yang ada tersebut, mempunyai tujuan masing masing yang beragam, dan tidak pernah mencapai suatu tujuannya itu, suatu kelompok sering kali harus mengorbankan kelompok lainnya, karena itulah selalu muncul konflik, antar kelompok. Ditambah kelompok yang kuat akan berusaha meningkatkan posisinya dan terus memelihara dominasinya diantara kelompok itulah sekilas penjelasan mengenai Ada 4 Perspektif Sosiologi yaitu mulai dari Perspektif Evolusionis, Fungsionalis, Interaksionis dan Referensi Klik Disini 1 2 3

A Selintas Perspektif-perspektif dalam Sosiologi Sebelum membahas perspektif interaksionisme simbolik secara lebih mendetail, perlu kiranya sedikit menyegarkan ingatan kita akan berbagai perspektif yang ada dalam disiplin ilmu sosiologi, paling tidak perspektif-perspektif yang paling sering digunakan para sosiolog dalam melihat dan
ABSTRAK Kajian berkaitan Covid-19 merupakan kajian yang baharu dan mula dikaji oleh para penyelidik pelbagai bidang di seluruh dunia bermula pada tahun 2020. Sehubungan itu, bidang sosiologi yang merangkumi aspek kemasyarakatan menjadi wadah kajian dalam penulisan ini. Kaedah kualitatif dimanfaatkan untuk membincangkan dan menganalisis isu penularan wabak pandemik Covid-19 dalam lingkungan sosiologi masyarakat Malaysia bersandarkan Teori Interaksionisme oleh George Herbert Mead 1939 yang mementingkan proses interaksi sosial manusia. Teori ini telah mengenal pasti dua bentuk atau tahap interaksi sosial iaitu, interaksi tidak simbolik dan interaksi simbolik. Interaksi tidak simbolik ialah interaksi manusia yang bertindak secara langsung terhadap gerak isyarat atau tindakan orang lain, manakala interaksi simbolik ialah manusia mentafsir setiap gerak isyarat dan bertindak berasaskan hasil makna tafsiran tersebut. Sehubungan itu, kajian ini adalah untuk menganalisis perangkaan data kes Covid-19 dan membincangkan kes Covid-19 dari sudut interaksi sosial dalam sosiologi masyarakat Malaysia mengikut PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 berasaskan Teori Interaksionisme. Hasil analisis melalui data kes yang diperoleh melalui aplikasi Telegram, Crisis Preparedness and Response Centre CPRC, Kementerian Kesihatan Malaysia KKM sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 menunjukkan tingkah laku sosial masyarakat Malaysia mempengaruhi kadar kes Covid-19 di Malaysia. Kejayaan melawan Covid-19 dalam masyarakat Malaysia mula dapat dilihat pada PKP Fasa 3 yang menunjukkan kadar positif iaitu dapat dilihat melalui keluk graf yang baik hasil penurunan kes Covid-19. Hasil dapatan ini jelas menunjukkan penurunan kadar kes Covid-19 di Malaysia dipengaruhi oleh tingkah laku sosial masyarakat Malaysia terhadap pematuhan sepanjang PKP ini dilaksanakan oleh kerajaan Malaysia. Kata kunci pandemik Covid-19; perintah kawalan pergerakan PKP; sosiologi; teori interaksionisme George Herbert Mead 1939. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 11 Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia Analysis of sociological behaviour based on the theory of interactionism through data statistics of the Covid-19 case in Malaysia Noriha Basir noriha Ina Suryani Ab Rahim inasuryani Mohamad Zaki Abdul Halim zakihalim Universiti Malaysia Perlis, Kangar, Perlis, Malaysia ABSTRAK Kajian berkaitan Covid-19 merupakan kajian yang baharu dan mula dikaji oleh para penyelidik pelbagai bidang di seluruh dunia bermula pada tahun 2020. Sehubungan itu, bidang sosiologi yang merangkumi aspek kemasyarakatan menjadi wadah kajian dalam penulisan ini. Kaedah kualitatif dimanfaatkan untuk membincangkan dan menganalisis isu penularan wabak pandemik Covid-19 dalam lingkungan sosiologi masyarakat Malaysia bersandarkan Teori Interaksionisme oleh George Herbert Mead 1939 yang mementingkan proses interaksi sosial manusia. Teori ini telah mengenal pasti dua bentuk atau tahap interaksi sosial iaitu, interaksi tidak simbolik dan interaksi simbolik. Interaksi tidak simbolik ialah interaksi manusia yang bertindak secara langsung terhadap gerak isyarat atau tindakan orang lain, manakala interaksi simbolik ialah manusia mentafsir setiap gerak isyarat dan bertindak berasaskan hasil makna tafsiran tersebut. Sehubungan itu, kajian ini adalah untuk menganalisis perangkaan data kes Covid-19 dan membincangkan kes Covid-19 dari sudut interaksi sosial dalam sosiologi masyarakat Malaysia mengikut PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 berasaskan Teori Interaksionisme. Hasil analisis melalui data kes yang diperoleh melalui aplikasi Telegram, Crisis Preparedness and Response Centre CPRC, Kementerian Kesihatan Malaysia KKM sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 menunjukkan tingkah laku sosial masyarakat Malaysia mempengaruhi kadar kes Covid-19 di Malaysia. Kejayaan melawan Covid-19 dalam masyarakat Malaysia mula dapat dilihat pada PKP Fasa 3 yang menunjukkan kadar positif iaitu dapat dilihat melalui keluk graf yang baik hasil penurunan kes Covid-19. Hasil dapatan ini jelas menunjukkan penurunan kadar kes Covid-19 di Malaysia dipengaruhi oleh tingkah laku sosial masyarakat Malaysia terhadap pematuhan sepanjang PKP ini dilaksanakan oleh kerajaan Malaysia. Kata kunci pandemik Covid-19; perintah kawalan pergerakan PKP; sosiologi; teori interaksionisme George Herbert Mead 1939. ABSTRACT Covid-19 related research is a new study and is beginning to be researched by researchers from all over the world. 2020 has become a new dimension for researchers to study the Covid-19 issue from various fields. In this regard, this paper focuses the topic on the field of sociology that covers aspects of society. Qualitative methods is used to discuss and analyse the issue of Covid-19 pandemic transmission in the sociology of Malaysian society based on George Herbert Mead's 1939. The theory which is theory of Interactionism Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 12 emphasizes the process of human social interaction. George Herbert Mead 1939 has identified two forms or levels of social interaction that are non-symbolic and symbolic interactions. Non-symbolic interactions are human interactions that act directly on the gestures or actions of others. Symbolic interaction is when humans interpret each gesture and act on the basis of the meaning of the interpretation. The objective of this study is to analyse the statistics of Covid-19 case data according to Movement Control Order MCO Phase 1 to MCO Phase 3 within the sociology of Malaysian society. Next, it discusses the Covid-19 case from the point of Social Interaction in the sociology of Malaysian society according to the MCO Phase 1 to MCO Phase 3 based on the Theory of Interactionism. The analysis of the data from the Crisis Preparedness and Response Centre CPRC by the Ministry of Health of Malaysia during the MCO Phase 1 to the MCO Phase 3 shows that the social behaviour of the Malaysian community affects Covid-19 cases in Malaysia. The success against Covid-19 in Malaysian society resurfaced in the MCO Phase 3 which has showed a positive rate and reflected in the good graphical curves resulting from the decline of the Covid-19 case. These findings clearly indicated that the decline in Covid-19 cases in Malaysia is influenced by the social behaviour of the Malaysian community towards compliance with the current MCO by the Malaysian government. Keywords Covid-19 pandemic; movement control order MCO; sociology; George Herbert Mead's theory of interactionism 1939. PENGENALAN Penyakit yang disebabkan oleh koronavirus 2019 Covid-19 yang menjadi isu perbincangan dalam kertas kerja ini juga dikenali sebagai penyakit pernafasan akut 2019-nCoV. Penyakit ini mudah berjangkit disebabkan oleh SARS-CoV-2 novel koronavirus 2019 dan berkait rapat dengan virus SARS. Penyakit Coronavirus 2019 Covid-19 telah mula dikesan di negara China dengan kes pertama disahkan pada 7 Januari 2020 di Wuhan, Hubei, China. Dalam tempoh tiga 3 minggu seterusnya, kes-kes disahkan di Thailand, Nepal, Amerika Syarikat, Korea Selatan, Singapura, Perancis, Vietnam, Malaysia, Australia, Canada, Cambodia, Sri Lanka dan Jerman. Covid-19 adalah jangkitan pada saluran pernafasan dengan gejala demam, sakit tekak atau kesukaran bernafas dengan sejarah perjalanan ke negara China atau kontak rapat dengan kes. Kes pertama di Malaysia disahkan pada 25 Januari 2020 CPRC, KKM 17 Februari 2020. Lantaran itulah World Health Organization WHO telah mengisytiharkan Covid-19 sebagai pandemik pada 20 Mac 2020 di seluruh dunia. Pandemik menurut Fauzi Suhaimi Mac 2020 merujuk wabak yang menyerang dalam skop lebih besar dan tidak terhad kepada sesuatu komuniti atau daerah semata-mata. Wabak ini akan mengancam kawasan yang lebih luas seperti sebuah negeri, negara, benua atau mungkin juga seluruh dunia jika dibiarkan melarat. Fauzi Suhaimi 2020 juga menjelaskan bahawa pandemik bermula daripada penularan wabak pada peringkat epidemik yang merebak secara meluas sehingga tidak dapat dikawal dan mampu membunuh ramai orang dalam masa yang singkat. Isu pandemik Covid-19 ini juga telah memberi impak dalam kehidupan masyarakat Malaysia yang merangkumi bidang sosiologi. Ilmu sosiologi telah dibahaskan oleh ramai sarjana yang menjelaskan sosiologi sebagai interaksi sosial dan organisasi Vander Zanden, James W., 1990 dalam kehidupan masyarakat Malaysia Giddens, 1993. OBJEKTIF KAJIAN Terdapat dua objektif utama kajian ini, iaitu i Menganalisis perangkaan data kes Covid-19 mengikut PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 dalam lingkungan sosiologi masyarakat di Malaysia. ii Membincangkan tingkah laku sosiologi masyarakat berasaskan Teori Interaksionisme Sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 di Malaysia. PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 13 KEPENTINGAN KAJIAN Data pelaporan kes Covid-19 yang dikongsi setiap hari sepanjang PKP oleh CPRC, KKM menerusi aplikasi Telegram wajar dianalisis mengikut perspektif bidang keilmuan seperti ilmu sosiologi yang menjadi wadah kajian dalam penulisan kertas kerja ini. Himpunan maklumat yang tersimpan dalam sumber Big Data aplikasi Telegram CPRC, KKM ini merupakan input sahih yang menjadi sumber rujukan masyarakat dalam mengikuti perkembangan kes Covid-19 di Malaysia seterusnya menjadi rujukan untuk kesiapsiagaan dan panduan menjalani kehidupan seharian semasa PKP berlangsung. Secara tidak langsung, hasil dapatan analisis dalam kertas kerja ini dapat dijadikan sumber rujukan kepada pihak berautoriti untuk merangka strategi tadbir urus pentadbiran semasa PKP dan juga selepas PKP berakhir. Perkongsian hasil dapatan analisis kes Covid-19 ini juga dapat digunakan untuk menambah baik tadbir urus dari segi polisi yang berkaitan dengan komuniti dan kemasyarakatan. Tindakan susulan yang lebih terarah juga dapat dilaksanakan melalui perkongsian analisis kajian yang berkaitan dengan komuniti setempat dan juga kemasyarakatan di Malaysia. Perangkaan data kes Covid-19 yang dikeluarkan setiap hari semasa PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 berlangsung, mendapati perangkaan kes Covid-19 yang dilaporkan setiap hari dapat menjadi panduan kepada masyarakat untuk mematuhi peraturan yang disarankan oleh KKM seperti mengamalkan penjarakan sosial, menjaga kebersihan diri dan duduk sahaja di rumah demi memutuskan rantaian Covid-19. Dapatan analisis kajian ini juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Malaysia tentang perubahan sosiobudaya masyarakat Malaysia akibat kes Covid-19 dan menjadi sumber rujukan kepada para pengkaji untuk menyelongkar sumber maklumat yang dikongsi dalam aplikasi Telegram CPRC, KKM bagi meneroka, menganalisis dan membincangkannya berdasarkan kepakaran bidang keilmuan masing-masing demi kemaslahatan bersama. BATASAN KAJIAN Penulis membataskan kajian kes penularan pandemik Covid-19 dalam lingkungan sosiologi masyarakat Malaysia berdasarkan kes baharu Covid-19 sepanjang PKP berlangsung mulai PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 17 Mac 2020 hingga 28 April 2020. Perangkaan data kes yang diperoleh melalui aplikasi Telegram CPRC, KKM dijadikan sumber utama analisis kajian ini. PERMASALAHAN KAJIAN Permasalahan penyesuaian amalan sosiobudaya yang berbeza dalam kalangan masyarakat Malaysia menjadi titik pemerhatian dalam kajian ini. Amalan yang menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat seperti saling bersalaman ketika bertemu sebelum ini, kini tidak lagi digalakkan dalam tempoh perebakan wabak Covid-19 kerana menjadi punca utama penularannya akibat sentuhan langsung. Begitu juga dengan amalan penjarakan sosial yang perlu dipatuhi terutamanya ketika membeli belah, membuat pembayaran di kaunter, ketika beratur di mesin pengeluaran wang ATM dan juga ketika pihak berwajib menjalankan tugas. Penggunaan pelitup muka face mask juga disarankan kepada setiap individu yang melakukan aktiviti di luar rumah atau semasa menjalankan tugas yang bersemuka dengan orang awam. Pematuhan amalan sosiobudaya dalam kehidupan seharian sepanjang PKP ini berlangsung, telah menjadikan aktiviti harian menjadi perlahan dan mengalami keterbatasan pergerakan kerana kekangan pematuhan cara hidup yang perlu dipatuhi. Perubahan amalan sosiobudaya dalam kehidupan seharian sedikit sebanyak memberi kesan kepada pemikiran masyarakat dan juga cara hidup yang baharu dan Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 14 terbatas. Oleh yang demikian, Terma Normal Baharu yang telah diperkenalkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin menjadi cabaran baharu bagi rakyat Malaysia mengadaptasi suasana dan kehidupan baharu pasca Perintah Kawalan Pergerakan PKP akibat pandemik koronavirus Covid-19. Normal baharu ini bukan sahaja terpakai di Malaysia tetapi juga bersifat universal. Amalan dalam kehidupan seperti adat resam, budaya dan amalan lazim dalam kehidupan seharian telah menjadi asing di minda masyarakat Malaysia sebelum PKP. Normal baharu ini telah mengasimilasi budaya masyarakat Malaysia. Harrold Abramson 1994 dalam Jessica dan Abdul Hamid 2019 mentakrifkan asimilasi sebagai proses yang membawa kepada peningkatan kesamaan dalam masyarakat. Terma Normal Baharu yang disarankan untuk dipatuhi oleh masyarakat juga menjadi kekangan untuk diimplementasi dalam keadaan yang drastik akibat pandemik Covid-19. SOROTAN LITERATUR Interaksi simbolik oleh Herbert Mead menyatakan bahawa setiap tindakan manusia berasaskan makna yang ditafsir oleh individu tersebut terhadap sesuatu, seterusnya penafsiran makna ini menentukan tindakan yang akan diambil oleh individu tersebut Achmad Taofik, 2015. Dalam penelitian konteks Covid-19 ini, tindakan masyarakat dalam membuat tindak balas terhadap saranan KKM dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat mentafsir makna dan menilai saranan KKM tersebut?’ Tindakan masyarakat dimulai dengan pentafsiran makna pada peringkat individu. Jika individu itu menganggap bahawa saranan berkurung’ adalah sesuatu yang menyusahkan mahupun tidak perlu dipatuhi, maka respon yang akan diberikan oleh individu tersebut adalah dengan mengingkari, melawan dan mencabar saranan-saranan itu. Tindakan yang diambil oleh individu ini akan dinilai oleh individu yang lain dalam masyarakat terhadap batas-batas tertentu, sehingga menghasilkan suatu tindakan kelompok sama ada menerima atau menolak saranan KKM. Makna yang melekat pada sesuatu, bagi individu itu berasal daripada proses interaksinya dengan lingkungannya, sehingga dengan kata lain makna tersebut tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi makna tersebut muncul sebagai akibat daripada adanya proses interaksi individu dengan sesamanya sehingga menghasilkan pemahaman individu tentang sesuatu Achmad Taokik 2015. Walau bagaimanapun, berlainan dengan kajian sebelum ini, kini masyarakat berada dalam tempoh PKP yang membataskan interaksi kepada interaksi maya sahaja. Dengan ini, kajian interaksi sosial dalam lingkungan sosiologi masyarakat Malaysia terhadap impak penularan pandemik Covid-19 dapat menjelaskan perlanjutan teori Herbet Mead dalam konteks baharu. Kajian hubung kait sosiologi dan wabak penyakit di Malaysia telah diutarakan dalam beberapa kajian terkini Adnan, Ramli, Othman, Asha'ri, Syed Ismail & Samsudin, 2018, Hassan, 2015; bagaimanapun kajian-kajian ini lebih tertumpu kepada hubung kait tindakan masyarakat yang digandingkan dengan keputusan medikal dan data klinikal. Antara kajian yang membincangkan hubung kait sosiologi dan wabak ialah kajian oleh Adnan dan rakan rakan 2018 yang menumpukan kepada penyakit denggi di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, iaitu kes jangkitan penyakit denggi yang dikaitkan dengan faktor sosial seperti kepadatan isi rumah, jenis perumahan, dan manusia. Kajian mereka menyokong bahawa rutin kerja dan belajar pada waktu puncak gigitan nyamuk amat menyumbang kepada penyebaran penyakit denggi. Selain itu, jenis perumahan, jarak perumahan dengan kawasan takungan air, taman permainan, tanah perkuburan, belukar dan tapak pembinaan turut dikaitkan. Hasil kajian mereka menunjukkan kecenderungan terkena denggi adalah lebih tinggi dalam kalangan responden yang keluar dari rumah pada waktu subuh dan yang tiba di rumah sekitar waktu senja. Manakala, responden yang mengunakan pengangkutan sendiri juga lebih terdedah kepada jangkitan denggi berbanding responden yang menaiki kenderaan awam. Satu lagi kajian Err & Abdullah, 2016 melaporkan punca berlakunya jangkitan denggi menggunakan kaedah kajian kepustakaan dalam pengumpulan data melalui analisis kandungan menggunakan maklumat berbentuk data sekunder daripada bidang medikal. PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 15 Hasil kajian mendapati bahawa denggi terjadi disebabkan oleh virus, tiada ubat atau antibiotik untuk dirawat; satu-satunya rawatan adalah untuk merawat gejala. Secara ringkas, kajian-kajian ini menunjukkan hubungan sosiologi dari segi gaya hidup dengan data klinikal wabak penyakit. Hassan 2015 turut mengutarakan kaitan sosiologi dan kesihatan dalam kajian beliau terhadap gaya hidup muslim di Malaysia melalui hubungan antara aspek gaya hidup agama dan kesihatan umat Islam di Malaysia. Dapatan kajian menunjukkan bahawa tindakan yang berkaitan dengan kesihatan sangat dipengaruhi, baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh pilihan gaya hidup yang berkaitan dengan kesihatan yang dilakukan pengguna setiap hari sesuai dengan ajaran Islam. Penyelidikan ini membuktikan bahawa terdapat hubungan yang kuat antara agama dan tingkah laku yang berkaitan dengan kesihatan, tercermin. Penyelidik turut menyarankan bahawa pendekatan holistik Islam terhadap kehidupan, memberi kemampuan untuk mengekalkan kesihatan fizikal dan kesejahteraan minda dan rohani. Ringkasnya, kajian ini turut menghubung kait hal sosial dan kesihatan pada peringkat gaya hidup. Beberapa kajian terbaharu yang lain Muda, 2019; Fornace, Brock, Abidin, Grignard, Herman, Chua, & Grigg, 2019 turut membicarakan elemen sosiologi dan wabak dalam lingkungan perubatan. Muda 2019 telah mengkaji pandangan pesakit wanita yang mengidap Human Immunodeficiency Virus HIV terhadap kematian dalam penularan wabak HIV dan Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS. Kajian ini menggunakan data primer temu bual terhadap 20 orang informan wanita yang dijangkiti HIV positif di Terengganu dan Kelantan. Bagaimanapun laporan kajian ini mencakupi data statistik jangkitan, kematian dan geografi jangkitan, tanpa mengaitkan jangkitan ini dengan sebarang teori sosial. Walaupun kajian ini melaporkan stigma masyarakat terhadap pandangan pesakit wanita, tiada teori sosial diulas atau diutarakan kerana kajian ini lebih menumpukan kepada psikologi pesakit dalam mendepani stigma masyarakat ketika mengharungi proses rawatan dan penyembuhan. Sebuah lagi kajian oleh Fornace dan rakan-rakan yang mengupas risiko persekitaran ekologi dengan pendedahan kepada jangkitan malaria di kawasan Kudat, Kota Marudu, Pitas, dan Ranau di Sabah. Kajian ini melibatkan data klinikal dan persampelan darah manakala antara butiran responden yang diambil kira ialah umur, jantina, penggunaan hutan, pekerjaan dan jenis rumah. Walaupun kajian ini mengambil kira data sosial, fokus kajian ini lebih ke arah bidang klinikal tanpa mengulas teori sosial. Secara ringkasnya, kajian-kajian terkini Fornace et all 2019, Hassan 2015; Adnan, 2018 dan Err & Abdullah, 2017 yang menghubungkan sosiologi dan wabak di Malaysia berkisar dalam lingkungan klinikal. Hanya sedikit yang cuba mengaitkan jangkitan dengan stigma sosial seperti kajian oleh Muda 2019 walaupun turut tidak megulas dari pespektif teori sosial. Kajian yang mengaitkan jangkitan dengan teori sosial amat diperlukan pada masa ini kerana wabak Covid-19 telah menjadi pandemik dunia dan dijangka mengubah gaya hidup dan norma masyarakat dunia. Perubahan yang besar ini memerlukan kajian yang dapat menerangkan reaksi dan mekanisme masyarakat dalam mengatasi cabaran norma baharu kehidupan. Kesedaran keperluan memahami manusia daripada Big Data turut diketengahkan oleh beberapa penulis negara jiran Grady Nagara, 2020; Eril, 2020. PENDEKATAN TEORITIS Teori Interaksionisme yang dipelopori oleh George Herbert Mead 1939 dijadikan landasan dalam membincangkan analisis kajian sosiologi masyarakat Malaysia semasa penularan isu pandemik Covid-19. Teori ini mementingkan proses interaksi sosial manusia yang mempunyai dua tahap iaitu interaksi tidak simbolik dan interaksi simbolik. Interaksi tidak simbolik ialah interaksi manusia yang bertindak secara langsung terhadap gerak isyarat atau tindakan orang lain. Manakala interaksi simbolik ialah manusia mentafsir setiap gerak isyarat dan bertindak berasaskan hasil Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 16 makna tafsiran tersebut. 7 prinsip asas Teori Interaksionisme seperti yang dijelaskan dalam Ritzer 1992 ialah i. Manusia tidak sama dengan binatang kerana manusia mempunyai keupayaan berfikir. ii. Keupayaan berfikir manusia dibentuk oleh interaksi sosial. iii. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari simbol dan makna yang membolehkan mereka mengamalkan keupayaan berfikir yang ada pada mereka. iv. Simbol dan makna membolehkan manusia beraksi dan berinteraksi. v. Manusia berupaya mengubah suai simbol dan makna berdasarkan interpretasi mereka terhadap sesuatu situasi. vi. Manusia berupaya menjangkakan kesan tindakan, membuat penilaian baik - buruk, dan menentukan tindakan sesuai. vii. Jalinan aksi dan interaksi akan membentuk kumpulan dalam masyarakat. Oleh itu, jelaslah bahawa Skema Mead yang menjadi tunjang dalam Teori Interaksionisme ternyata mencabar tindakan kelakuan yang ditunjukkan oleh masyarakat sepanjang kes Covid-19 ini dengan alasan melihat i. Masyarakat manusia bukan sebagai struktur yang mantap tetapi sebagai manusia yang memenuhi kehendak hidup mereka. ii. Tindakan sosial terbentuk bukan daripada struktur sosial tetapi dibentuk oleh pelaku. iii. Pembentukan tindakan ini bukan sebagai faktor sosial yang dilahirkan melalui organisma manusia tetapi sebagai binaan yang dibina oleh pelaku berdasarkan perkara-perkara yang diamatinya. iv. Hidup berkumpulan bukannya sebagai pelepasan atau pernyataan struktur sosial tetapi sebagai satu proses pembinaan tindakan bersama. v. Tindakan sosial sebagai sesuatu yang mempunyai pelbagai kerjaya yang boleh diubah, bukannya sebagai sesuatu yang terhad dalam lingkungan alternatif pengesahan atau melencong daripada struktur sosial mantap yang telah ditetapkan. vi. Interaksi antara bahagian dalam masyarakat bukan sebagai pengaruh secara langsung antara satu bahagian terhadap bahagian yang lain tetapi sebagai perantaraan sebagai pentafsiran yang dibuat oleh manusia dan; vii. Masyarakat bukan sebagai sesuatu sistem sama ada dalam bentuk yang statik, berubah atau bergerak atau sebarang bentuk keseimbangan tetapi sebagai sejumlah besar tindakan bersama, banyak yang berkait rapat, banyak yang tidak berkaitan langsung, banyak gambaran awal dan pengulangan, yang lain dibentuk dengan arah baru dan kesemuanya dibuat untuk memenuhi kehendak peserta bukannya keperluan sistem. Najeemah Mohd Yusof 2004 Oleh yang demikian, jalinan Teori Interaksionisme oleh George Herbert Merd 1939 menjadi panduan dan landasan sepanjang menganalisis tingkah laku sosial masyarakat di Malaysia sepanjang krisis Covid-19. METODOLOGI Pengumpulan data kajian ini memanfaatkan perangkaan data kes Covid-19 diperolehi daripada Aplikasi Telegram Crisis Preparedness and Response Centre CPRC, Kementerian Kesihatan Malaysia KKM yang menjadi wahana penyampaian maklumat rasmi dan terkini kepada masyarakat pengguna. Sumber Big Data yang menghimpunkan maklumat tentang kes Covid-19 dalam aplikasi Telegram ini telah dilanggan lebih 785 ribu individu setakat 28 April 2020. PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 17 Maklumat yang dikongsi dalam aplikasi CPRC, KKM ini diperakui kesahihannya kerana sumber maklumatnya diurus oleh pihak KKM. Maklumat yang disalurkan melalui aplikasi Telegram ini menjadi pautan utama kepada masyarakat untuk mengetahui info yang sahih berkenaan kes Covid-19. Analisis data merangkumi perangkaan kes Covid-19 sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3. Big Data merupakan istilah umum untuk sebarang koleksi set-set data yang begitu besar dan kompleks yang begitu sukar untuk diproses menggunakan alat pengurusan data yang sedia ada atau aplikasi pemprosesan data tradisional. Big Data mempunyai tiga ciri utama iaitu i Volume Volum data yang besar pada Big Data dikatakan akan meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi internet. Jutaan orang memproduksi video yang terdapat di Youtube, status di Facebook, foto di Instagram dan lain-lainnya. Himpunan data yang diproduksi telah menghasilkan volum yang begitu besar dan tersimpan secara formal digital dalam internet. ii Velocity Volum data yang banyak telah menambahkan lagi darjah kepantasan yang begitu cepat sehingga menyukarkan pengguna untuk menguruskan keadaan tersebut. iii Variety Data yang begitu banyak dan cepat tersebut memiliki jenis yang pelbagai ada teks, gambar, video, foto, animasi, dan lebih banyak lagi jenis data yang lain. Penganalisisan data seterusnya, data yang direkod akan dianalisis mengikut Teori Interaksionisme. Penerapan teori yang berpadanan dalam menganalisis data kajian kes Covid-19 ini dapat menjadikan perbincangan lebih diperakui kesahihannya. Penghujahan turut disokong dengan hasil kajian-kajian lepas dan pendapat-pendapat sarjana untuk disesuaikan dalam lingkungan sosiologi kehidupan masyarakat Malaysia. Pengelompokan data kes Covid-19 akan dianalisis mengikut PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3. PKP Fasa 1 berlangsung dari 18 Mac hingga 31 Mac 2020. PKP Fasa 2 berlangsung pada 1 April hingga 14 April 2020. Manakala PKP Fasa 3 berlangsung pada 15 April hingga 28 April 2020. Perangkaan data kes merangkumi empat bahagian iaitu kes baharu, kes yang masih dirawat, kes sembuh dan kes kematian. Namun begitu, perbincangan analisis dalam kertas kerja ini hanya menganalisis kes baharu Covid-19 sahaja yang mempunyai perkaitan dengan tingkah laku sosial masyarakat mengikut PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 yang dilaksanakan di Malaysia. ANALISIS KAJIAN DAN PERBINCANGAN Penulis membincangkan hasil analisis kajian dalam dua bahagian utama iaitu, pertamanya membincangkan kes penularan pandemik Covid-19 dalam lingkungan sosiologi masyarakat Malaysia berdasarkan perangkaan data kes Covid-19 yang dikeluarkan oleh KKM sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 berlangsung. Kedua, membincangkan tingkah laku sosiologi masyarakat berasaskan Teori Interaksionisme sepanjang PKP Fasa 1 hinga PKP Fasa 3 di Malaysia. Perangkaan Data Kes Covid-19 Mengikut PKP Fasa 1 Hingga PKP Fasa 3 Dalam Lingkungan Sosiologi Masyarakat Malaysia Pihak KKM telah mengelompokkan status kes Covid-19 di Malaysia kepada kes baharu, kes yang masih dirawat, kes sembuh, kes kematian baharu dan jumlah kes kematian. Melalui pemerhatian dalam pengelompokan bagi status kes, penulis dapat menyimpulkan bahawa penunjuk aras bagi kes baharu yang dapat dilihat pada setiap hari sepanjang PKP berlangsung menunjukkan Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 18 tahap pematuhan terhadap PKP masyarakat Malaysia. Analisis perbincangan merangkumi 3 fasa utama iaitu PKP Fasa 1, PKP Fasa 2 dan PKP Fasa 3. Penulis akan melihat trend kes baharu Covid-19 dalam setiap fasa PKP untuk melihat data kes dan perkaitannya dengan amalan pematuhan PKP masyarakat sepanjang PKP ini berlangsung. Berikut dipaparkan maklumat data kes Covid-19 dalam tempoh pelaksanaan PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 yang dipetik daripada sumber Big Data melalui aplikasi Telegram CPRC, KKM dari 17 Mac hingga 28 April 2020 Jadual 1 Status kes Covid-19 dalam PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 17 Mac 2020 hingga 28 April 2020 Jumlah Peningkatan/Penurunan Kes Baharu Mengikut Fasa Jumlah kumulatif kes baharu PKP Fasa 1 dari 18 hingga 31 Mac 2020 ialah 2093 kes. Sepanjang tempoh tersebut trend penurunan kes ialah sebanyak 6 kali dan peningkatan kes sebanyak 7 kali Jumlah kumulatif kes baharu PKP Fasa 2 bermula 1 April sehingga 14 April 2020 ialah 2221 kes telah menurun sebanyak 545 kes % Jumlah kumulatif kes baharu PKP Fasa 3 bermula 15 April sehingga 28 PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 19 April 2020 ialah 864 kes telah menurun sebanyak 1,357 kes % Jadual 1 di atas menunjukkan status kes Covid-19 dalam PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 berlangsung sepanjang 18 Mac hingga 28 April 2020. Jumlah kumulatif kes baharu PKP Fasa 1 sehingga 31 Mac 2020 ialah 2093 kes. Sepanjang tempoh tersebut trend penurunan kes ialah sebanyak 6 kali dan peningkatan kes sebanyak 7 kali. Jumlah kes kumulatif baharu PKP Fasa 2 bermula 1 April sehingga 14 April 2020 ialah sebanyak 2221 kes yang telah menunjukkan penurunan kepada 545 kes %. Jumlah kes kumulatif baharu PKP Fasa 3 bermula 15 April sehingga 28 April 2020 pula menunjukkan bilangan kes baharu sebanyak 864 kes telah menurun kepada 1,357 kes %. Analisis data asal kes Covid-19 pada hari pertama PKP Fasa 1 iaitu bermula 18 Mac 2020 telah menunjukkan penurunan kes iaitu daripada 120 kes kepada 117 kes baharu dengan jumlah keseluruhan kes sebanyak 790 kes. Laporan menunjukkan dua kematian iaitu kes ke-178 dan kes ke-358 telah dilaporkan di CPRC pada 17 Mac 2020. Kes ke-178 merupakan lelaki warga Malaysia berumur 34 tahun yang pernah hadir dalam perhimpunan tabligh di Sri Petaling. Pihak KKM telah melaporkan bahawa responden terbabit telah bergejala mulai 5 Mac 2020 dan telah dirawat di Hospital Permai pada 12 Mac 2020 selepas disahkan positif Covid-19. Keadaan responden telah merosot dan dimasukkan ke ICU. Namun responden telah disahkan meninggal dunia pada tarikh tersebut. Kes ke- 358 pula ialah lelaki warga tempatan berusia 60 tahun dan mempunyai sejarah kronik. Mula bergejala pada 7 Mac 2020 dan dirawat di Hospital Umum Sarawak pada 14 Mac 2020. Kesihatan responden mula merosot dan dimasukkan ke ICU. Responden telah disahkan meninggal dunia pada 17 Mac 2020. Merujuk kepada bilangan kes Covid-19 pada hari pertama PKP menunjukkan 95 kes positif Covid-19 adalah berkaitan dengan kluster perhimpunan tabligh di Masjid Jamek Seri Petaling. Data Kes Covid-19 pada hari pertama PKP menunjukkan kluster Tabligh mendominasi kes iaitu sebanyak 80 kes daripada 117 kes baharu pada 18 Mac 2020. CPRC, Kementerian Kesihatan Malaysia 19 Mac 2020. Bagi kontak rapat kepada pesakit positif Covid-19, 10,724 org telah diambil sampel dan 586 adalah positif. 7,426 orang yang disyaki PUI diuji dan 461 positif. CPRC28 Mac 2020 Berdasarkan Jadual 1 di atas, jelas menunjukkan bahawa peratusan kes baharu PKP Fasa 2 dan PKP Fasa 3 menunjukkan penurunan kes pada PKP Fasa 3 sebanyak Penurunan kes ini menunjukkan perkembangan yang positif pematuhan masyarakat terhadap pelaksanaan PKP di Malaysia. Berdasarkan perangkaan kes baharu yang ditunjukkan dalam PKP Fasa 3, berlaku trend penurunan kes baharu Covid-19 yang positif. Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia telah menjelaskan bahawa kejayaan PKP Fasa 3 ditentukan oleh keluk kes Covid-19. Ternyata kejayaan dan pencapaian melandaikan keluk dan mengawal penularan virus Covid-19 adalah kejayaan bersama, iaitu rakyat dan kerajaan. Berikut penulis paparkan gambaran keluk kes Covid-19 dalam Rajah 1 di bawah yang telah dikongsi dalam aplikasi Telegram CPRC, KKM pada 28 April 2020 Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 20 Rajah 1 Keluk trend positif berdasarkan kes baharu Covid-19. Sumber CPRC, KKM 28 April 2020 Seterusnya, penulis paparkan Rajah 2 yang menunjukkan trend mingguan kes Covid-19 dari minggu-11 hingga minggu 17 PKP berlangsung. Rajah 2 Trend Mingguan Kes Covid-19 dari Minggu -11 hingga Minggu 17 PKP Sumber CPRC, KKM 26 April 2020 PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 21 Pematuhan masyarakat terhadap PKP juga dapat dibuktikan melalui kes aktif Covid-19 di Malaysia yang semakin menurun dan kes di ICU juga semakin berkurang seperti dalam Rajah 2 di atas. Rajah 2 menunjukkan trend Covid-19 di Malaysia yang menunjukkan penurunan manakala jumlah pesakit yang sembuh melebihi kes yang dilaporkan untuk 3 minggu berturut-turut CPRC 26 April 2020. Perbincangan Tingkah laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3. Perspektif sosiologi tertumpu pada tiga aspek utama iaitu pada tingkah laku masyarakat, memahami corak interaksi dan proses kelompok. Perspektif sosiologi dapat dilihat melalui dua dimensi iaitu perspektif dari sudut yang bersifat mikro iaitu bersifat kecil dan individu. Manakala perspektif dari sudut yang bersifat makro ialah bersifat besar, kompleks yang berfokuskan masyarakat dan organisasi. Perbincangan analisis kes penularan pandemik Covid-19 dalam masyarakat Malaysia dapat ditinjau dari perspektif yang bersifat makro iaitu melalui pelaporan data kes oleh KKM yang dikongsi melalui aplikasi Telegram CPRC, KKM mengikut fasa iaitu PKP Fasa 1 18 Mac 2020 hingga 31 Mac 2020, PKP Fasa 2 1 April 2020 hingga 14 April 2020 dan PKP Fasa 3 15 April hingga 28 April 2020. Tingkah laku sosiologi terutamanya interaksi sosial dalam kehidupan seharian masyarakat Malaysia telah menunjukkan pengurangan dari perspektif makro sepanjang PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3. Interaksi media sosial banyak dimanfaatkan oleh semua pihak dalam berinteraksi terutamanya pihak KKM yang merupakan barisan hadapan negara sepanjang PKP ini berlangsung. Interaksi media sosial yang dianalisis melalui aplikasi CPRC, KKM ini dapat dikelompokkan kepada 3 sasaran utama iaitu pertamanya, interaksi media sosial antara KKM dengan pengguna masyarakat. Keduanya, interaksi media sosial antara KKM dengan badan kerajaan. Ketiganya, interaksi media sosial antara KKM dengan kontak kes Covid-19. Interaksi Media Sosial antara KKM dengan Pengguna Masyarakat Kerajaan telah menyarankan agar anggota masyarakat patuh terhadap penjarakan sosial social distancing dalam berurusan seperti urusan di bank, pasar raya, kedai dan juga kaunter-kaunter perkhidmatan sepanjang PKP berlangsung. Aktiviti luar juga tidak dibenarkan seperti aktiviti riadah, aktiviti bersama keluarga, aktiviti keramaian, sambutan keraian dan aktiviti perhimpunan. Norma-norma sosial yang diamalkan sebelum kes Covid-19 melanda juga tidak dibenarkan seperti bersalaman antara satu sama lain yang dibimbangi akan menerima jangkitan seterusnya dikhuatiri meningkatkan lagi jumlah kes Covid-19 yang baharu. Pihak KKM juga menyarankan agar mengelakkan bersalaman atau bersetuhan jika bergejala seperti demam, batuk/bersin dan sesak nafas. Alternatif yang disarankan oleh KKM ialah meletakkan tangan di dada sebagai tanda hormat dengan ucapan salam bagi menggantikan bersalaman dan bersentuhan CPRC KKM, 19 Februari 2020. KKM juga mula mengambil langkah berjaga-jaga dengan menasihati masyarakat iaitu golongan yang berisiko tinggi supaya menghadkan lawatan ke hospital terutamanya bagi urusan tidak penting. Golongan berisiko tinggi yang dimaksudkan oleh KKM ialah golongan kanak-kanak, warga emas berusia 65 tahun ke atas, pesakit dengan penyakit kronik, pesakit dengan daya ketahanan badan yang rendah dan wanita hamil. Orang ramai juga diingatkan supaya tidak melawat pesakit di hospital jika mengalami demam, selsema dan batuk CPRC KKM, 21 Februari 2020. Langkah berjaga-jaga oleh pihak KKM ini bagi mengekang penularan jangkitan Covid-19 di hospital. aranan oleh KKM dari semasa ke semasa berkaitan pengamalan interaksi sosial masyarakat seperti penjarakan sosial telah menunjukkan hasil yang positif seperti yang dapat dilihat dalam penurunan kes Covid-19 yang baharu dalam tempoh PKP Fasa 3. Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 22 Ungkapan pertama yang disampaikan oleh pihak KKM kepada pengguna masyarakat pada hari sebelum PKP Fasa 1 ialah “Usah Panik, Bersama Kita Hadapi Covid-19. CPRC, KKM 17 Mac 2020. Perintah Kawalan Pergerakan PKP Fasa 1 bermula pada 18 Mac 2020 hingga 31 Mac 2020 untuk menyekat penularan wabak dengan cara menghadkan pergerakan orang ramai. Pelaksanaan PKP ini telah termaktub dalam Akta Pencegahan dan Pengawalan Penyakit Berjangkit 1988 dan Akta Polis 1967. Interaksi Media Sosial telah disampaikan melalui kata-kata nasihat kesihatan berkaitan Covid-19 iaitu pertamanya, mengamalkan tahap kebersihan yang optimum pada setiap masa seperti kerap mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun atau bahan pencuci tangan hand sanitizer. Keduanya, mengamalkan etika batuk yang baik caught etiquette yang baik iaitu menutup mulut dan hidung dengan tisu apabila batuk mahupun bersin, seterusnya membasuh tangan dengan serta merta. Ketiganya, segera mendapatkan rawatan jika mengalami gejala jangkitan saluran pernafasan seperti demam, batuk, selsema dan sakit tekak. Keempatnya, peserta perhimpunan tabligh akan diletakkan di bawah perintah pengawasan dan pemerhatian seksyen 15 1, Akta Pencegahan dan Pengawalan Penyakit Berjangkit 1988 untuk tempoh 14 hari dari tarikh akhir menghadiri perhimpunan tabligh di Masjid Seri Petaling atau kontak rapat kepada kes positif Covid-19 mengikut mana yang terkemudian CPRC,KKM 17 Mac 2020. Interaksi media sosial juga disampaikan oleh barisan hadapan negara melalui perkongsian pengalaman ketika berhadapan dengan kes Covid-19. Berikut merupakan perkongsian kata-kata petugas yang dikongsi di aplikasi CPRC, KKM untuk dikongsi bersama pengguna masyarakat untuk bersama-sama berusaha dalam membendung wabak Covid-19. “Hari yang sangat hiba bagi kami di KKM apabila 2 pesakit Covid-19 kami meninggal dunia. Kami di KKM selalu berusaha sedaya upaya untuk membantu dan menyembuhkan pesakit-pasakit kami. Malang tidak berbau...Saudara-saudari sekalian, masyarakat Malaysia yang dikasihi sekalian, tugas membendung penularan wabak Covid-19 bukan sahaja terletak di tangan kami, mahupun pihak berkuasa. Setiap insan di Malaysia mesti mengambil tanggungjawab untuk membantu kami. 2 minggu ini sangat penting. Sangat penting untuk menyekat penularan wabak ini. Ingatlah nasihat KKM dan kerajaan. Patuhi perintah kawalan pergerakan.” NO FEAR NO RUMOR NO STIGMA mycombatcovi CPRC, KKM 17 Mac 2020 “Hari ini adalah hari pertama "perintah kawalan pergerakan" di negara kita. Dengan kata-kata mudah, "sila duduk di rumah" dan jarakkan diri anda daripada orang lain. Kita mempunyai peluang yang tipis untuk memutuskan rangkaian jangkitan Covid-19. Bantulah KKM dengan memainkan peranan anda, kerana setiap individu bertanggungjawab untuk mengambil segala langkah, berjaga-jaga demi keselamatan diri dan keluarga. Kegagalan bukan pilihan di sini. Jika tidak, kita mungkin menghadapi gelombang ketiga virus ini, yang seterusnya akan menjadi lebih besar seperti tsunami, lebih-lebih lagi, jika kita mempunyai sikap "tidak kisah". Saya merayu kepada semua rakyat Malaysia, sila ambil perintah kawalan pergerakan ini secara serius. "Duduk di rumah dan jangan keluar ". mycombatcovid Sumber MKN yang dipetik dari CPRC, KKM 18 Mac 2020 PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 23 “Kini terdapat 17 kes Covid-19 di ICU sekarang. Diharapkan angka ini dapat dikurangkan. Perintah kawalan pergerakan mesti dipatuhi. MESTI DIPATUHI. Ini bermakna, semua rakyat Malaysia yang berkenaan DINASIHATKAN berada di rumah dan hanya keluar sekiranya betul-betul perlu. Kenaikan atau pengurangan kes serta tahap penularan wabak sekarang di tangan anda. Ya betul, kini di tangan anda. Jadilah rakyat yang bertanggungjawab. Bersama dengan KKM dan agensi lain memastikan kualiti hidup kita terjamin tanpa wabak Covid-19. Sumber CPRC, KKM18 Mac 2020 Komitmen KKM dalam menyampaikan maklumat tentang kepentingan pematuhan masyarakat terhadap PKP yang dilaksanakan dapat dilihat melalui penggunaan pelbagai bahasa yang difahami oleh masyarakat melalui perkongsian di CPRC, KKM. Berikut dipaparkan Jadual 2 iaitu perkongsian maklumat melalui penggunaan pelbagai bahasa dan loghat di Malaysia. Jadual 2 Penggunaan Pelbagai Bahasa dan Loghat di Malaysia RAYUAN BUAT SELURUH RAKYAT MALAYSIA. MELAYU CINA INDIA DAN SELAINNYA. TOLONG JANGAN PENTING DIRI. 14 HARI UNTUK KITA KEMBALI NORMAL DENGAN IKUTI SEGALA ARAHAN. JANGAN JADIKAN 14 HARI INI MENJADI BUBUR UNTUK SELAMANYA. BAHASA MELAYU 1. Kekal berada di rumah 2. Jaga Jarak anda 3. Patuhi Arahan semasa 4. Elakkan berita palsu Melayu BAHASA CINA 1. Kekal dirumah 待在家里 2. JagaJarak 保持人与人距离 3. Patuh arahan 遵守规则 4. Elakkan berita palsu 别传不实讯息 Cina BAHASA INDIA dirumah      2. Jaga jarak    3. Patuh arahan Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 24    4. Elakkan berita palsu     India LOGHAT TERENGGANU COVID-19 1. Dok diang2 dumoh deh 2. Dok jauh skek dari orang, 1 meter deh 3. Dok soh beng kumpul ramai2 ah 4. Dengor hok kherajaang royat tu 5. Tohok berite hok belebong ganukite KELANTAN COVID-19 1. Dok dumah .. Jange tubit 2. Tulung sengoti 3. Mapuh kalu degil gomokelategomo JAWA COVID-19 1. Nang ngumah wae usah metu 2. Usah cerek kare wong 3. Ojo rame rame 4. Diru’ngoe kerajaan ngomong 5. Seng ngapusi jar ke PERAK COVID-19 1. Duduk diam dalam rumah, usah keluor-keluor 2. Usah ngenden dekat orang, jarak 1 meter 3. Usah le kumpui ramai-ramai mengkome oii 4. Ate dengor je le arahan kerajaan tu 5. Jangan seborkan berita palesu NEGERI SEMBILAN COVID-19 1. Dok ontok2 kek ghumah 2. Jaghak 1 meter 3. Jangan kumpul ghamai2 4. Dongar apo yg PM kobaan 5. Padam beghito palsu hobenjanghoben PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 25 SARAWAK COVID-19 1. Diam ajak dalam umah 2. Jarak 1 meter 3. Iboh begumpol rami rami 4. Dengar arahan perentah 5. Hapuskan berita sik benar bujangsenang SIAM COVID-19 1.  2.  1  3.  3.  4.  sawadeekap ADA LAGI BAHASA YANG ANDA TIDAK FAHAM UNTUK DI IKUTI? ATAU ANDA SEMEMANGNYA PENTINGKAN DIRI. SEBAR UNTUK KEBAIKAN BERSAMA. KITA BERSAMA BEBASKAN MALAYSIA DARI VIRUS INI. RAKYAT MALAYSIA SATU HATI MALAYSIABEBASCOVID19 JOMCAKNA JANGANPENTINGDIRI Sumber CPRC19 Mac 2020 KKM juga menyampaikan maklumat melalui poster sebagai interaksi simbolik melalui media sosial. Tujuannya untuk cuba memahami corak interaksi dan proses kelompok masyarakat yang selari dengan Teori Interaksionisme Mead 1939. Interaksi simbolik dalam menyampaikan maklumat dapat dilihat seperti dalam Jadual 3 di bawah. Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 26 Jadual 3 Apakah Yang Boleh dilakukan di Rumah Semasa Perintah Kawalan Pergerakan Sumber CPRC, KKM 20 Mac 2020 Jadual 3 di atas menunjukkan cadangan aktiviti-aktiviti yang boleh dilaksanakan oleh masyarakat di rumah. Antaranya ialah meluangkan lebih masa bersama keluarga, bersenam untuk kekal aktif, menggunakan telekomunikasi untuk berhubung bersama keluarga dan rakan. Membeli barang keperluan secara online, membaca buku atau majalah untuk menambah ilmu, bekerja dari rumah, mengulang kaji dan menyiapkan kerja sekolah serta berinteraksi dan melakukan kerja rumah bersama keluarga. Interaksi Media Sosial antara KKM dengan Agensi Kerajaan Melalui Laporan Kenyataan Media berkaitan Mesyuarat Khas High Level Committee Jawatankuasa Pengurusan Bencana Pusat JPBP Berhubung Kluster Penyakit Novel Coronavirus Covid-19 Bilangan 5 Tahun 2020 merekod perkara-perkara berikut untuk dilaksanakan sebagai langkah pencegahan. Laporan tersebut telah menyatakan Kementerian Pengajian Malaysia KPM juga telah berusaha membantu KKM dalam menyekat penularan wabak covid-19 ini melalui perancangan dan tindakan yang telah dilaksanakan iaitu menubuhkan satu Jawatankuasa Pengurusan Kluster Coronavirus DISEASE 19 Covid-19 dan bilik Gerakan Jawatankuasa ini telah mula beroperasi bertempat di Bahagian Education Malaysia BEM di Jabatan Pendidikan Tinggi JPT. Keduanya, semua 20 Institusi Pendidikan Tinggi Awam IPTA telah membangunkan Standard Operating Procedure SOP bagi menangani penularan Covid-19 manakala 17 institusi Pendidikan Tinggi Swasta dilaporkan mempunyai SOP termasuk Xiamen Universiti Malaysia yang mempunyai ramai pelajar dari China. Ketiganya, semua pelajar yang pulang dari China telah melalui saringan kesihatan dan semua didapati negetif Covid-19. Keempatnya, Education Malaysia Beijing EMB dengan Kerjasama persatuan-persatuan pelajar Malaysia di China telah membangunkan Covid-19 Overseas Students Management Dashboard bagi PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 27 membantu pemantauan keberadaan pelajar Malaysia yang sedang menuntut di China. Kelimanya, BEM dengan Kerjasama Majlis Kesihatan Universiti Awam Malaysia MAKESUM dan KKM telah membangunkan The Preparatory Plan to Prevent Transmission of The Covid-19 For Malaysian Institutes of Higher Learning. Keenamnya Kementerian Luar Negeri KLN dan Agensi Pengurusan Bencana Negara NADMA melalui pesawat Air Asia sedang mengurus untuk membawa pulang sekitar 75 orang warganegara Malaysia dan pasangan serta anak dari Wuhan yang telah dilaksanakan pada 25 Februari 2020. Akhir sekali, misi HADR-Wuhan ke-2 akan diuruskan sama seperti misi pertama yang mana sebaik tiba di KLIA semua akan melalui saringan kesihatan di Air Disaster Unit ADU sebelum dihantar ke Akademi Kepimpinan Pengajian Tinggi AKEPT untuk proses pemantauan selama 14 hari. CPRC, KKM 21 Februari,2020. Interaksi Media Sosial antara KKM dengan Kontak Kes Covid-19 Tinjauan kes sebelum PKP Fasa 1 juga perlu dianalisis untuk melihat keberkesanan PKP Fasa 1 adalah hasil interaksi media sosial antara pihak KKM dengan kontak kes Covid-19. Saranan-saranan dan langkah-langkah awal dari pihak kerajaan ini sebenarnya yang menjadi mercu kejayaan pengekangan kes Covid-19 di Malaysia. Kementerian Kesihatan telah memaklumkan bahawa sehingga 12 tengah hari 4 Mac 2020, terdapat 14 kes baharu yang telah dilaporkan. Sepertimana yang dimaklumkan sebelum ini, gelombang pertama jangkitan Penyakit Coronavirus 2019 Covid-19 di Malaysia yang merangkumi 22 kes positif Covid-19 iaitu kes pertama sehingga kes ke-22 telah sihat dan discaj. Setelah 11 hari tiada kes baharu dilaporkan, gelombang kedua bermula pada 27 Februari 2020. Bagi gelombang kedua sehingga 4 Mac 2020, terdapat sebanyak 28 kes positif Covid-19 iaitu kes ke-23 sehingga kes ke-50 yang telah dilaporkan. Ini menjadikan jumlah kes positif Covid-19 di Malaysia adalah sebanyak 50 kes. Kenyataan Akhbar KPK 4 Mac 2020 – Situasi Semasa Jangkitan Penyakit Coronavirus 2019 Covid-19 di Malaysia. CPRC, KKM 4 Mac 2020. Sehingga 12 tengah malam 19 Mac 2020, 10,553 ahli jemaah tabligh yang hadir majlis perhimpunan di Masjid Jamek Seri Petaling telah diperiksa, 4,986 sampel diambil dan 513 positif. Seorang jemaah tabligh berumur 34 tahun telah meninggal dunia. Pihak KKM juga menyeru ahli jemaah tabligh yang berkenaan untuk tampil diperiksa oleh KKM. Perkembangan yang positif dalam PKP Fasa 3 juga selari dengan Teori Interaksionisme iaitu pertamanya, pengesahan interaksi sosial masyarakat di Malaysia yang berpegang teguh atau setia pada struktur. Keadaan ini dapat dilihat dengan sikap interaksi sosial masyarakat Malaysia terhadap saranan KKM dalam pematuhan sepanjang PKP ini berlangsung. Keduanya, penyimpangan iaitu meninggalkan struktur. Keadaan ini dapat dilihat dengan pematuhan masyarakat terhadap norma-norma positif yang terpaksa ditinggalkan dalam amalan seharian seperti bersalam-salaman serta melakukan aktiviti harian yang melibatkan sentuhan. Pematuhan ini dapat dilihat melalui amalan penjarakan sosial selamat sekurang-kurangnya satu meter dalam aktiviti harian yang melibatkan interaksi masyarakat, menjaga kebersihan diri secara kerap seperti membasuh tangan dengan sabun, menggalakkan pemakaian pelitup muka face mask di sepanjang perjalanan dan juga konsep memenjarakan sosial’ iaitu duduk di rumah sebagaimana yang disarankan oleh Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yasin sepanjang PKP berlangsung. Hasil analisis juga dapat diperkukuhkan dengan Teori Interaksionisme Mead 1939 yang mengatakan bahawa adanya proses interaksi sosial manusia yang mempunyai dua tahap iaitu interaksi tidak simbolik dan interaksi simbolik. Interaksi tidak simbolik ialah interaksi manusia yang bertindak secara langsung terhadap gerak isyarat atau tindakan orang lain. Interaksi tidak simbolik ini dapat dikaitkan dengan interaksi Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia dalam media sosial yang sentiasa memberi peringatan kepada masyarakat tentang kepentingan pematuhan PKP ini untuk memutuskan rantaian Covid-19. Lantaran itulah, mesej yang disampaikan oleh Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia telah memberi tindak balas kepada masyarakat yang ditafsirkan sebagai interaksi simbolik yang ditekankan oleh Teori Interaksionisme. Teori tersebut telah Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 28 mentafsirkan bahawa manusia mentafsir setiap gerak isyarat iaitu nasihat dan saranan Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia seterusnya masyarakat bertindak berasaskan hasil makna tafsiran tersebut. Masyarakat dapat mentafsir makna yang disampaikan oleh Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia bahawa tujuan PKP Fasa 1 hingga PKP Fasa 3 ini dilaksanakan adalah untuk memenjarakan sosial’ demi memutuskan rantaian Covid-19. Saranan yang sentiasa diingatkan kepada masyarakat oleh Ketua Pengarah Kesihatan Malaysia ialah sila patuhi PKP dengan mengamalkan penjarakan sosial, jauhi perhimpunan awam, duduk di rumah dan kerap basuh tangan. Terdapat banyak implikasi sosiologi dalam pemikiran Mead sebagaimana yang dijelaskan oleh Najeemah Mohd Yusof 2004 dalam kertas kerjanya yang bertajuk Implikasi Sosiologi Pemikiran George Herbert Mead. Beliau menjelaskan bahawa sosialisasi telah menukar sifat manusia supaya memainkan peranan secara efektif. Kawalan sosial menjadi penting dan kemestian hanyalah kawalan diri. Perubahan sosial lebih menjadi proses asal yang berterusan dalam kehidupan manusia secara berkumpulan daripada menjadi hasil berepisod bagi faktor yang tidak berkaitan dalam struktur yang mantap. Kehidupan manusia secara berkumpulan lebih dilihat sebagai sesuatu yang sentiasa tidak lengkap dan masih dalam pembinaan daripada berpindah dari satu keadaan yang lengkap ke satu keadaan yang lain. Kecelaruan sosial tidak dilihat sebagai pemecahan struktur yang sedia ada tetapi dilihat sebagai ketidakupayaan untuk mengarahkan tindakan secara efektif dalam menghadapi situasi yang diberikan. Memandangkan tindakan sosial mempengaruhi masa depan seseorang, maka perkara ini dianggap mempunyai dimensi sejarah yang harus diambil kira untuk memberikan pemahaman yang mencukupi. Lantaran itu, dalam menangani isu Covid-19 di celah-celah kehidupan masyarakat yang mempunyai pelbagai ragam manusia, maka pematuhan hidup dalam berinteraksi sosial ini wajar dipatuhi sepanjang PKP ini berlangsung walaupun pematuhan tersebut menyimpang daripada norma-norma kebiasaan tetapi impaknya adalah untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang mudah difahami oleh ketua kerajaan kepada rakyat melalui saluran media massa juga jelas dimanfaatkan sepanjang tempoh PKP ini berlangsung. Mohd Rashid Md. Idris 201926 juga menjelaskan semakin berkesan sistem komunikasi diamalkan, semakin cekaplah pengurusan dan pentadbiran sesebuah organisasi tersebut. Sama ada komunikasi itu melalui saluran rasmi atau tidak rasmi, sistem komunikasi perlu melalui kaedah yang betul dengan etika yang baik untuk memastikan keberkesanannya. Ilmu komunikasi ialah ilmu yang dipelajari oleh manusia supaya memudahkan seseorang menyampaikan apa yang terkandung dalam fikirannya kepada orang lain. Oleh yang demikian, ilmu komunikasi dalam interaksi sosial juga menyumbang kepada kejayaan pihak kerajaan dalam menangani isu Covid-19 ini. Saranan Zhulkarnain Abdul Rahim 2020 juga wajar menjadi amalan masyarakat Malaysia iaitu tidak mengamalkan cara hidup “ bagai enau dalam belukar, melepaskan pucuk masing-masing” yang hanya mementingkan diri masing-masing sahaja. Namun begitu, beliau menyarankan agar masyarakat Malaysia bersikap seperti perumpamaan berikut iaitu “seikat bak sirih, serumpun bak serai” serta bersatu hati menghadapi krisis covid-19 ini. Jelas menunjukkan, isu Covid-19 ini telah menjadikan masyarakat lebih peka dan berhati-hati semasa berinteraksi sosial dalam kehidupan seharian. KESIMPULAN Oleh yang demikian, berdasarkan perbincangan dalam analisis kes baharu Covid-19 di atas menunjukkan bahawa interaksi sosial sememangnya melibatkan hubungan antara dua atau lebih individu atau kelompok di sesuatu tempat. Hal ini juga melibatkan beberapa unsur yang akan menentukan bentuk interaksi yang berlaku seperti berbentuk kerjasama, konflik, persaingan, hubungan superior dengan inferior. Unsur-unsur yang terlibat adalah seperti norma sosial, status dan obligasi timbal balik reciprocal obligations, Coser dan Rosenberg, 1976143. Ting Chew Peh 197938 juga berpendapat bahawa interaksi sosial merupakan satu proses yang melibatkan PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature Jilid 11 Edisi Khas, 2020 / ISSN 1823-6812 11-31 29 dua atau lebih individu atau kelompok yang melibatkan tindakan saling berbalas, dalam erti kata tingkah laku seseorang itu akan mengambil kira dan diorientasikan ke arah tingkah laku individu yang lain. Perkara ini juga melibatkan saling jangkaan antara individu-individu yang terlibat dalam interaksi itu. Lantaran itu, penulis dapat menyimpulkan bahawa PKP Fasa 2 dan PKP Fasa 3 menunjukkan kesan yang positif kepada masyarakat dalam menangani kebolehjangkitan wabak Covid-19. Saranan pematuhan PKP ini adalah demi kemaslahatan bersama dalam memerangi kes Covid-19. Perbincangan ini membuktikan bahawa Teori Interaksionisme dapat menjelaskan hubungan interaksi sosial dalam masyarakat sepanjang wabak Covid-19 dalam tempoh PKP yang dikuatkuasakan oleh kerajaan Malaysia. RUJUKAN Abramson, Harold J. 1994. Assimilation and Pluralism. In Stephan. Thernstorn. Harvard encyclopedia of American ethnic groups. Cambridge Belknap Press of Harvard University Press. Achmad Taofik 2015. Studi Deskriptif Pemaknaan Wanita Pedagang Asongan Di Pasar Hewan Desa Banjarjo Padangan Bojonegoro, Jurnal Uniair Universitas Airlangga 32. Adnan, Ramli, Othman, Asha'ri, Syed Ismail, Samsudin, S. 2018 Environmental and Sociology Factors Associated with Dengue Cases in Kuala Lumpur, Malaysia. Preprints 2018, 2018100212 doi Amir Hasan Dawi. 2002. Penteorian Sosiologi dan Pendidikan. Tanjung Malim Quantum Books. Coser & Rosenberg. 1976. Sociological Theory A Book of Readings. Edition 4th Edition. Er, A. C., & Abdullah, W. 2017. Menangani wabak Denggi di Malaysia Satu tinjauan kaedah rawatan dan pencegahan. Geografia-Malaysian Journal of Society and Space, 129. Eril 13 March 2020. Pengertian Big Data dan Seberapa Pentingnya Saat Ini. Diakses pada 30 April 2020. Khamis. Jam petang. Fauzi Suhaimi 12 Mac 2020. Fahami perbezaan epidemik, endemic dan pandemik. Diakses pada 17 April 2020. Jumaat. Jam pagi. Fornace, K. M., Brock, P. M., Abidin, T. R., Grignard, L., Herman, L. S., Chua, T. H., & Grigg, M. J. 2019. Environmental risk factors and exposure to the zoonotic malaria parasite Plasmodium knowlesi across northern Sabah, Malaysia a population-based cross-sectional survey. The Lancet Planetary Health, 34, e179-e186. Grady Nagara 28 Feb 2020 Memahami Manusia dari "Big Data" – detikNews. Diakses pada 30 April 2020. Khamis. Jam petang. "WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 – 11 March 2020". Dicapai pada 11 March 2020. Gidden 1993. New Rules of Sociological Method A Positive Critique of Interpretative Sociologies Second Edition. Polity Press 65 Bridge Street, Cambridge CB2 IUR,UK. Hassan, S. H. 2015. Effects of Religious Behavior on Health-Related Lifestyles of Muslims in Malaysia. Journal of religion and health, 544, 1238-1248. Jessica dan Abdul Hamid 2019, April. Asimilasi Budaya Melayu dalam Masyarakat Malabari Muslim di Malaysia. Paper presented E-Prosiding Persidangan Antarabangsa Sains Sosial dan Kemanusiaan 2019. Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor. E-ISBN 978-967-2122-71-5 Mead, 1934. Mind, Self and Society, Chicago University of Chicago. Md. Idris, M. R. 2019. Teori Falsafah Bahasa Asas Kesempurnaan Berbahasa. PENDETA Journal of Malay Language, Education and Literature, 2, 21-33. Muda, M. 2019. Pandangan pesakit wanita HIV terhadap kematian The perception of HIV women patients on death. Geografia-Malaysian Journal of Society and Space, 154. Najeemah Mohd Yusof 2004. Implikasi Sosiologi Pemikiran George Herbert Mead. Jurnal Pendidik dan Pendidikan, 19,139-157. Analisis Tingkah Laku Sosiologi Masyarakat Berasaskan Teori Interaksionisme Melalui Perangkaan Data Kes Covid-19 di Malaysia 30 Ritzer 1992. Modern Sociological Theory. McGraw-Hill College. Ting Chew Peh 1979. Konsep Asas Sosiologi. Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur. Vander Zanden, James W James Wilfrid 1990. Sociology The Core. Publisher New York McGrow-Hill. Edition 2nd ed. Zakri Oktober 2014. Apa Itu Big Data. Diakses pada 18 April 2020. Jam pagi. Zhulkarnain Abdul Rahim 2020 KOMENTAR Cabaran virus korona COVID-19; banyak juga peluang kukuhkan perpaduan Diakses pada 19 Mei 2020. Jam pagi. ... What's more concerning is that these warning indicators are changing and growing in number, necessitating official caution. Having a lot of free time and being under stress at home has contributed to implementing MCO, tacitly exacerbating these symptoms Noriha et al., 2020. Society needs to be more sensitive and ready to cope with the significant threat of cyberbullying, which is currently getting worse and does more harm than physical bullying, says Datuk Dr. Amirudin Abdul Wahab, the CEO of CyberSecurity Malaysia CSM. ...... Pada penghujung tahun 2019, seluruh dunia digemparkan dengan penemuan virus Corona atau lebih dikenali sebagai Covid-19 iaitu penyakit berjangkit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2WHO,2020. Covid-19 telah diisytiharkan sebagai pandemik oleh Pertubuhan Kesihatan Sedunia WHO apabila kes disahkan 200,000 pesakit dengan jumlah kematian 8000 orang di lebih 160 negara [1]. Covid-19 adalah jangkitan pada saluran pernafasan dengan gejala demam, sakit tekak atau kesukaran bernafas dengan sejarah perjalanan ke negara China atau kontak rapat dengan kes [2]. ... Suzita Che OsmanShudiani Mohd SukriNazliah MamatKajian ini dijalankan adalah untuk mengenalpasti tahap kepercayaan terhadap vaksin dan mengenalpasti faktor utama yang mempengaruhi pelajar mengambil suntikan vaksin Covid-19. Data kajian dianalisis dengan menggunakan kaedah SPSS statistik 23. Mengikut analisis yang telah dijalankan, hasil dapatan data menunjukkan nilai min keseluruhan yang diperolehi bagi kepercayaan terhadap suntikan vaksin adalah sebanyak Nilai min menunjukkan tahap kepercayaan terhadap vaksin berada di tahap yang tinggi. Faktor utama pelajar mengambil suntikan vaksin Covid-19 adalah disebabkan kemahuan sendiri iaitu sebanyak dan dapatan kajian juga menunjukkan semua responden telah mengambil suntikan vaksin Covid-19.... Inisiatif bagi menggalakkan amalan penjarakan fizikal-Terdapat banyak poster yang menunjukkan pembudayaan norma baharu penjarakan fizikal yang dikeluarkan oleh pihak kerajaan serta inisiatif premis atau organisasi itu sendiri. Poster merupakan suatu bentuk interaksi simbolik yang dapat digunakan dalam media sosial yang membawa pesanan tertentu secara berimpak untuk disampaikan kepada masyarakat awam Noriha, Mohamad Zaki & Ina, 2020. ...Kempen Pembudayaan Norma Baharu yang dilancarkan pada 8 Ogos 2020 adalah bertujuan untuk meningkatkan kesedaran rakyat tentang kepentingan dalam mencegah jangkitan dan penularan pandemik COVID-19 melalui amalan norma baharu yang terbukti kesahihannya melalui saranan penuh oleh WHO. Susulan daripada inisiatif membudayakan norma baharu dalam kalangan rakyat Malaysia; NADMA, JPM telah mengambil tindakan positif dengan bekerjasama bersama Uinversiti Teknologi MARA UiTM dalam menjalankan sebuah Kajian Impak Kempen Pembudayaan Norma Baharu yang bertujuan untuk mencadangkan penambahbaikan pelaksanaan ini secara berterusan.... Hari ini dunia dikejutkan dengan penemuan wabak penyakit Coronavirus Disease 2019 dikenali juga sebagai penyakit pernafasan akut 2019-nCoV KKM 2020, Noriha et al. 2020 Covid-19 tersebar dengan pantas melangkaui sempadan negara dan benua secara meluas sehingga tidak dapat dikawal dan telah mengorbankan jutaan nyawa dalam masa singkat. Pelbagai kaedah telah dilaksanakan untuk membendung wabak ini dari merebak iaitu melalui pendekatan sainstifik, data, pemulihan ekonomi dan pematuhan perlembagaan JAKIM, 2020. ...Pengenalan Menjadi satu kefardhuan bagi umat Islam agar sentiasa berpegang teguh dengan tali Allah SWT dalam semua perkara pada setiap waktu sama ada dalam kenikmatan atau ketika musibah. Berlandaskan kepada kefahaman tersebut, setiap mukmin hendaklah meletakkan keutamaan kepada soal akidah dalam seluruh aktiviti kehidupannya. Ia termasuklah dalam aspek yang berkaitan dengan pembangunan ummah agar seluruh perancangan dan perlaksanaan program-program pembangunan yang ditelusurinya tidak terkeluar dari matlamat untuk menyelaraskan urusan kehidupan seiring dengan prinsip-prinsip keimanan yang diyakininya. Hari ini dunia dikejutkan dengan penemuan wabak penyakit Coronavirus Disease 2019 COVID-19 dikenali juga sebagai penyakit pernafasan akut 2019-nCoV KKM 2020, Noriha et al. 2020 Covid-19 tersebar dengan pantas melangkaui sempadan negara dan benua secara meluas sehingga tidak dapat dikawal dan telah mengorbankan jutaan nyawa dalam masa singkat. Pelbagai kaedah telah dilaksanakan untuk membendung wabak ini dari merebak iaitu melalui pendekatan sainstifik, data, pemulihan ekonomi dan pematuhan perlembagaan JAKIM, 2020. Penyembuhan atau rawatan ini didasarkan pada asas-asas syar'iyyah dan prinsip ilmiah. Kerajaan telah mengeluarkan beberapa nasihat dan arahan kepada rakyat Malaysia untuk mengambil langkah pencegahan penyakit berjangkit, termasuk larangan berkumpul dan berhimpun di satu-satu tempat dalam kumpulan yang ramai. Semua ini bertujuan membendung penularan dan jangkitan pandemik COVID-19, di samping menjaga kesihatan manusia daripada perkara-perkara yang boleh mendatangkan kemudharatan.... Ia termasuklah dalam aspek yang berkaitan dengan pembangunan ummah agar seluruh perancangan dan perlaksanaan program-program pembangunan yang ditelusurinya tidak terkeluar dari matlamat untuk menyelaraskan urusan kehidupan seiring dengan prinsip-prinsip keimanan yang diyakininya. Hari ini dunia dikejutkan dengan penemuan wabak penyakit Coronavirus Disease 2019 dikenali juga sebagai penyakit pernafasan akut 2019-nCoV KKM 2020, Noriha et al. 2020 Covid-19 tersebar dengan pantas melangkaui sempadan negara dan benua secara meluas sehingga tidak dapat dikawal dan telah mengorbankan jutaan nyawa dalam masa singkat. Pelbagai kaedah telah dilaksanakan untuk membendung wabak ini dari merebak iaitu melalui pendekatan sainstifik, data, pemulihan ekonomi dan pematuhan perlembagaan JAKIM, 2020. ...Penerbitan buku Isu-Isu Kontemporari Dalam Pengajian Dakwah dan Usuluddin bersempena dengan penganjuran Seminar Antarabangsa Pengajian Peradaban Islam International Conference on Islamic Civilisational Studies IConICS 2020 oleh Fakulti Pengajian Peradaban Islam FPPI, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor KUIS pada tahun Corona virus disease 2019 atau COVID-19, penjarakan sosial, pengesanan kontak dan kuarantin merupakan kata-kata baharu dicipta atau diguna semula ini sering didengar dan digunakan sejak penularan wabak COVID-19. Kata-kata neologisme ini dibentuk sesuai dengan keperluan konteks semasa agar difahami khalayak ramai. Sidang akhbar, siaran akhbar dan media sosial berperanan penting dalam menyampaikan laporan berkenaan COVID-19 dan secara tidak langsung memperkenalkan kata-kata berbentuk neologisme. Oleh itu, kajian ini akan meneliti jenis-jenis pembentukan neologisme dan aspek-aspek linguistik yang terlibat dengan berfokuskan pada leksikal-kesikal yang berkaitan COVID-19 di negara Brunei Darussalam NBD. Sejumlah 86 leksikal telah dikumpulkan dari siaran akbar Kementerian Kesihatan, Kementerian Hal Ehwal Ugama dan Twitter. Dua objektif yang ingin dicapai, iaitu i mengenal pasti jenis-jenis proses pembentukan neologisme COVID-19 dalam konteks NBD dan ii mengenal pasti proses pembentukan neologisme akibat pengaruh COVID-19 di NBD. Teori Krishnamurthy 2010 digunakan untuk meneliti proses pembentukan neologisme, iaitu i word formation pembentukan kata, ii borrowing peminjaman dan iii lexical deviation penyimpangan leksikal. Dapatan kajian memperlihatkan bahawa leksikal yang dikumpulkan mengalami ketiga-tiga pembentukan neologisme tersebut. Kata kunci COVID-19; neologisme; pembentukan kata; leksikal; peminjaman; penyimpangan leksikal. Abstract Corona virus disease or COVID-19, social distancing, contact tracing and quarantine are the new words formed or being used again since the spread of COVID-19 virus. These neologisms were formed according to the social needs, significance for their context understanding. Press conference, press release and social media play a vital role in conveying information and at the same time introducing new terms to public. This research is analyzing the formation of neologism and linguistic aspects involved focusing to the lexical related to COVID-19 in Brunei Darussalam. A total of 86 lexical were collected from press release of Ministry of Health, Ministry of Religious Affairs and Twitter. The two objectives of this research is i to determine the type of neologism formation process of COVID-19 in Brunei's contexts and ii to determineMalaysia is the 9th country to record the most active use of social media in the world, which is almost 80 % of its total population. This widespread use of the internet exposes every individual to ethical violations that can eventually lead to cyberbullying. This act is increasingly becoming a culture among netizens by making an individual as a joke in order to gain attention and pleasure on social media. On that basis, the government has introduced the Communications and Multimedia Act 1998 to monitor offenses that exist on social media, especially involving cyber mediums. Thus, this study aims to identify the behavior of cyber bullying in digital media and analyze this act according to the Islamic perspective. The study was conducted qualitatively using the library method by analyzing the texts of the Quran and Hadith as well as the discussions of Muslim scholars related to the practice of cyber bullying. In addition, content analysis methods are also performed on some digital media to examine the behavior of cyber bullying that occurs in digital media. This cyber bullying although in one sense gives pleasure to the perpetrators, but this act is actually immoral and illegal. In fact, it is also forbidden by Islam regardless of the background of each victim. Therefore, digital media users should display good manners and ethics in interacting, especially through cyber platforms to create a more harmonious and secure digital sekelip mata sahaja, cabaran pengurusan zakat di Malaysia meningkat kesan pandemic Covid-19. Pada kali ini, cabarannya lebih besar justeru kutipan dana zakat yang dijangka akan merudum susulan suasana perkembangan ekonomi negara yang kurang baik. Bilangan asnaf yang memerlukan juga dijangka akan terus bertambah akibat kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan . Malah data kadar pengganguran dijangka akan meningkat pada lewat hujung tahun 2020 juga turut pengurusan dana zakat yang cekap dan berhemah akan dapat memastikan kelangsungan pengurusan institusi zakat yang effisien di Malaysia. Justeru itu, isu dan cabaran semasa berkaitan pengurusan zakat semakin mencabar dan kompleks. Pihak institusi zakat bukan sahaja perlu mendepani kemungkinan peningkatan jumlah asnaf khususnya golongan fakir dan miskin bahkan lebih mencabar lagi untuk mengumpulkan dana kutipan zakat untuk menampung peningkatan tersebut ketika keadaan ekonomi negara yang tidak begitu baik. Aspek kecekapan dan norma baru pengurusan dana zakat menjadi fokus utama kerana aspek kecekapan pengurusan zakat menjadi agenda utama institusi zakat untuk mendepani pelbagai isu agihan serta kutipan zakat pasca Covid-19. Buku ini merupakan kompilasi artikel berkaitan zakat yang sebahagian besar artikel ini disumbangkan oleh para pelajar dalam Program Sarjana Ekonomi Islam, Sarjana Ekonomi dan Sarjanamuda Ekonomi di Fakulti Ekonomi dan Pengurusan, Universiti Kebangsaan Malaysia. Fokus kajian zakat dalam buku ini adalah berkaitan dengan isu semasa serta isu Covid-19 yang telah melanda dunia termasuk di Malaysia tahun 2020. Terdapat juga sebahagian artikel yang ditulis cuba memberi pencerahan beberapa aspek tertentu dan pelbagai isu baru dalam aspek kutipan dan agihan zakat. Sebagai contoh kepentingan kodifikasi zakat semasa pandemik, e-tunai dan aplikasi biz-zakat sangat bersesuaian ketika ini. Walau pun sebahagian besar artikel dalam buku ini menggunakan pendekatan yang berbentuk teknikal iaitu pendekatan statistik dan ekonometrik, namun buku ini amat baik dijadikan sebagai bahan rujukan oleh para pelajar, pensyarah, institusi zakat dan pengkaji ilmu ekonomi Islam terutamanya dalam bidang kajian zakat. Mashrom MudaPenularan wabak Human Immunodeficiency Virus HIV dan Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS yang melibatkan kaum wanita di seluruh dunia kini menjadi kebimbangan baharu kerana peningkatan bilanganya setiap tahun. Di Malaysia, penularan wabak ini juga turut meningkat terutamanya yang melibatkan golongan suri rumah dan gadis remaja. Golongan wanita berisiko tinggi menyebarkan HIV positif kepada orang lain melalui hubungan seks suami HIV negatif dan bayi dalam kandungan. Wanita yang dijangkiti HIV positif mempunyai pandangan yang berbeza terhadap apa yang berlaku dan kebanyakan pandangan-pandangan ini bersifat negatif. Kematian’ adalah pandangan yang paling banyak diperkatakan oleh wanita yang menghidap HIV positif. Pandangan-pandangan yang diberikan oleh penghidap wanita ini memerlukan satu perbincangan tentang mengapa mereka beranggapan sedemikian. Sehubungan dengan itu, artikel ini bertujuan untuk membincangkan bentuk-bentuk pandangan oleh wanita Melayu setelah disahkan sebagai penghidap HIV positif. Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui temubual secara mendalam kepada 20 orang informan terdiri daripada wanita telah dijangkiti HIV positif yang menetap di sekitar Besut Terengganu, Pasir Puteh, Bachok dan Kota Bharu Kelantan. Manakala data sekunder berbentuk kajian lepas, jurnal-jurnal dan statistik telah digunakan. Kajian ini mendapati bahawa, rata-rata informan memberi pandangan negatif dan mengaitkan HIV positif dengan kematian’ serta perkara negatif lain seperti jangkitan orang benci’, orang hina’ dan orang malu’. Kekurangan maklumat atau mendapat maklumat yang salah menjadi punca kepada pandangan ini. Baik atau buruk pandangan oleh penghidap boleh mempengaruhi proses pemulihan dan pemerkasaan diri merekaBackground Land use changes disrupt ecosystems, altering the transmission of vector-borne diseases. These changes have been associated with increasing incidence of zoonotic malaria caused by Plasmodium knowlesi; however, the population-level distributions of infection and exposure remain unknown. We aimed to measure prevalence of serological exposure to P knowlesi and assess associated risk factors. Methods We did an environmentally stratified, population-based, cross-sectional survey across households in the Kudat, Kota Marudu, Pitas, and Ranau districts in northern Sabah, Malaysia, encompassing a range of ecologies. Using blood samples, the transmission intensity of P knowlesi and other malaria species was measured by specific antibody prevalence and infection detected using molecular methods. Proportions and configurations of land types were extracted from maps derived from satellite images; a data-mining approach was used to select variables. A Bayesian hierarchical model for P knowlesi seropositivity was developed, incorporating questionnaire data about individual and household-level risk factors with selected landscape factors. Findings Between Sept 17, 2015, and Dec 12, 2015, 10 100 individuals with a median age of 25 years range 3 months to 105 years were sampled from 2849 households in 180 villages. 51% 95% CI 48-54 were seropositive for P knowlesi, and marked historical decreases were observed in the transmission of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Nine Plasmodium spp infections were detected. Age, male sex, contact with macaques, forest use, and raised house construction were positively associated with P knowlesi exposure, whereas residing at higher geographical elevations and use of insecticide were protective. Agricultural and forest variables, such as proportions and fragmentation of land cover types, predicted exposure at different spatial scales from households. Interpretation Although few infections were detected, P knowlesi exposure was observed in all demographic groups and was associated with occupational factors. Results suggest that agricultural expansion and forest fragmentation affect P knowlesi exposure, supporting linkages between land use change and P knowlesi transmission. Funding UK Medical Research Council, Natural Environment Research Council, Economic and Social Research Council, and Biotechnology and Biosciences Research Dengue incidence has grown dramatically around the world in recent years. It transmitted by Aedes mosquitoes. Many factors contributed to the vector densities such as environmental and sociological factors. Objective This study is aimed at determining the environmental and sociological factors contributing to dengue cases. Methods The study used questionnaire survey involving 379 respondent with dengue history. Result The study showed that there is significant association between the time departs to work and mobility of respondents 95%CI = and p < Similarly, there is significant association between the time of arrival to work and mobility of respondents 95%CI = and p < Moreover, the type of housing and the surrounding vegetation were the environmental factors that showed significant values; p = and p = Conclusion The study indicated the factors contributed are patient who lived in independent houses and the time of mobility patient. Siti Hasnah HassanReligion has become more prominent in shaping attitudes and behavior, but little empirical information is available on the impact of religious behavior in shaping individual Muslims' health-related lifestyle behaviors in developing countries. The present study explores the relationship between religious behavior and the health-related practices of Malaysian Muslims. A convenience sample of 176 Malaysian Muslims was collected through a self-administered questionnaire. Structural equation modeling was used to develop the model. Result shows that health-related actions are strongly influenced, both directly and indirectly, by the health-related lifestyle choices consumers engaging in on a daily basis in accordance with Islamic Deskriptif Pemaknaan Wanita Pedagang Asongan Di Pasar Hewan Desa Banjarjo Padangan BojonegoroAchmad TaofikAchmad Taofik 2015. Studi Deskriptif Pemaknaan Wanita Pedagang Asongan Di Pasar Hewan Desa Banjarjo Padangan Bojonegoro, Jurnal Uniair Universitas Airlangga 32.Penteorian Sosiologi dan PendidikanDawi Amir HasanAmir Hasan Dawi. 2002. Penteorian Sosiologi dan Pendidikan. Tanjung Malim Quantum wabak Denggi di Malaysia Satu tinjauan kaedah rawatan dan pencegahanA C ErW AbdullahEr, A. C., & Abdullah, W. 2017. Menangani wabak Denggi di Malaysia Satu tinjauan kaedah rawatan dan pencegahan. Geografia-Malaysian Journal of Society and Space, 129.Pengertian Big Data dan Seberapa Pentingnya Saat Ini. Diakses padaErilEril 13 March 2020. Pengertian Big Data dan Seberapa Pentingnya Saat Ini. Diakses pada 30 April 2020. Khamis. Jam petang. WRFwERd.
  • 4pciuryab4.pages.dev/479
  • 4pciuryab4.pages.dev/17
  • 4pciuryab4.pages.dev/333
  • 4pciuryab4.pages.dev/25
  • 4pciuryab4.pages.dev/378
  • 4pciuryab4.pages.dev/34
  • 4pciuryab4.pages.dev/14
  • 4pciuryab4.pages.dev/311
  • analisislah tentang perspektif interaksionisme dalam sosiologi